Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Konflik IRAN vs ISRAEL ditambah The Fed masih hawkish membuat market lesu

  AS BERSIAP MASUK KE ARENA PERANG (KONFLIK ISRAEL - IRAN) S rencana mau join war. Ini yang bikin market ikut volatile. Serangan udara antara Israel-Iran masih berlanjut, pasar khawatir AS dan negara-negara lain akan terlibat dalam perang tersebut. Pasar cemas akan terganggunya rantai pasokan sejumlah komoditas energi, khususnya minyak dan gas. Pasar berharap akan ada negosiasi antara AS-Iran dan Uni Eropa-Iran. Mengapa Federal Reserve (The Fed) merasa yakin dapat menahan suku bunga tetap (on hold) laporan J.P. Morgan (19 Juni 2025) The Fed percaya diri menahan suku bunga karena: Kondisi makro masih stabil (growth & labor), Inflasi melambat meskipun masih tinggi, Suku bunga sudah cukup restriktif. The Fed ingin mempertahankan citra sebagai pejuang inflasi, terutama di hadapan Kongres dan pasar. Mereka tidak ingin terlihat terlalu cepat menyerah dalam pengetatan, meski ada tekanan keuangan dan defisit fiskal yang membesar di AS. Dari Mei ke Juni, The Fed berubah nada menjadi le...

Ray Dalio memperingatkan potensi “serangan jantung ekonomi”

  Ray Dalio memperingatkan potensi “serangan jantung ekonomi” Dalio menyebut AS mendekati akhir dari siklus utang besar di mana utang menjadi terlalu mahal untuk dibiayai. Hal ini berisiko memicu keruntuhan sistem moneter berbasis Dolar seperti sebelumnya terjadi pada Pound dan Guilder.

The Fed memperlambat laju pemangkasan suku bunga direspon negatif sama pasar hari ini

  Dot plot dari Federal Reserve (FOMC) edisi Juni 2025. The Fed mempertahankan ekspektasi untuk dua kali pemotongan suku bunga di tahun 2025. Kemudian The Fed akan sedikit memperlambat laju pemangkasan suku bunga menjadi satu pemotongan seperempat poin persentase pada tahun 2026 dan 2027. Market butuh lebih banyak stimulus pemangkasan suku bunga. The Fed memperlambat laju pemangkasan suku bunga direspon negatif sama pasar hari ini. Higher for longer direspon negatif sama pasar

Proyeksi Ekonomi AS Juni 2025: Inflasi Tetap Tinggi, Pengangguran Naik, Suku Bunga Bertahan

Federal Reserve (The Fed)  baru saja merilis  Summary of Economic Projections  (SEP) yang memperlihatkan arah kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS dalam jangka pendek hingga menengah. Berikut adalah ringkasan utama dari proyeksi tersebut. 1.  Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Melemah Pada tahun 2025, proyeksi median pertumbuhan PDB riil hanya sebesar  1,4% , turun dari proyeksi sebelumnya di bulan Maret sebesar 1,7%. Meskipun pada 2026 dan 2027 diperkirakan naik menjadi masing-masing 1,6% dan 1,8%, angka ini tetap berada di bawah tren historis AS. Artinya: The Fed memperkirakan pemulihan ekonomi yang lambat, kemungkinan karena efek pengetatan moneter sebelumnya dan ketidakpastian global. 2.  Tingkat Pengangguran Cenderung Stabil Tinggi Tingkat pengangguran diperkirakan mencapai  4,5% pada 2025  dan sedikit turun menjadi  4,4% pada 2027 . Angka ini naik dari proyeksi sebelumnya dan berada di atas target jangka panjang sebesar 4,2%. Implikas...

Energi Terbarukan Indonesia: Jalan Panjang Menuju 2060

Di tengah tantangan iklim global dan desakan transisi energi bersih, Indonesia akhirnya melangkah lebih jauh. Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang baru saja dirilis menjadi sinyal kuat:  76% dari kapasitas pembangkit baru sebesar 69,5 GW akan berasal dari energi terbarukan.  Tapi, apakah ini cukup? 🌱 Fokus Baru: Surya, Angin, dan Geothermal Pemerintah menargetkan: 17,1 GW tenaga surya 11,7 GW tenaga air 7,2 GW tenaga angin 5,2 GW geothermal 6 GW sistem penyimpanan energi (BESS) Yang menarik,  73% dari proyek ini akan dikerjakan oleh sektor swasta (IPP) . Ini mengisyaratkan makin terbukanya ruang investasi dan persaingan sehat di industri energi. 🧱 Masih Ada Tantangan: Batu Bara Belum Pergi Meski arah kebijakannya mendukung Net Zero Emission (NZE) 2060, RUPTL masih menyisakan: 6,3 GW PLTU baru , dan 10,3 GW pembangkit gas Ini bertolak belakang dengan komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP), yang ingin menghentikan PLTU mulai 2030. Keti...

Konflik Israel-Iran Memanas: Bagaimana Dampaknya ke Sektor Migas?

  Konflik Israel-Iran Memanas: Bagaimana Dampaknya ke Sektor Migas? Tanggal 14 Juni 2025 , dunia kembali diguncang. Israel meluncurkan serangkaian serangan udara ke Iran yang menargetkan fasilitas nuklir dan energi. Perang balasan pun terjadi, dan minyak mentah dunia langsung melonjak hingga  US$78,5 per barel —kenaikan harian terbesar sejak 2022. Pertanyaannya:  Apa dampaknya ke sektor minyak dan gas, khususnya di Indonesia? Dan bagaimana seharusnya investor bersikap? 💥 Ketegangan yang Tak Bisa Diabaikan Iran menyumbang  3,3 juta barel per hari (bph)  atau sekitar  3,5% dari pasokan global . Negara ini juga mengontrol dua jalur ekspor energi paling krusial di dunia: Selat Hormuz  – menyalurkan 20% minyak dunia. Laut Merah (via Houthi di Yaman)  – 12% minyak dunia. Gangguan sekecil apa pun bisa menimbulkan  panic buying dan kenaikan harga migas global . 📊 Proyeksi Harga dan Sentimen Pasar Rikopedia memperkirakan harga Brent akan berada di k...

BUMI RESOURCES: Menjadi Raksasa Baru Lewat Diversifikasi Cerdas

BUMI Resources Tbk bukan lagi sekadar pemain batu bara tradisional. Di balik layar, perusahaan ini tengah menjalani transformasi besar—mengunci potensi baru melalui diversifikasi strategis yang bisa mengubah wajah bisnisnya ke depan. Rikopedia akan membuka tabir bagaimana BUMI memoles setiap lini bisnisnya untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan dan valuasi yang lebih sehat . KPC & Arutmin: Dua Mesin Uang yang Terus Berputar BUMI punya dua ‘mesin pencetak uang’ utama— Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia . Keduanya adalah produsen batu bara raksasa, dan kini difokuskan bukan cuma untuk hasilkan laba, tapi juga memperkuat arus kas jangka panjang. KPC: Raja Stabilitas KPC diproyeksikan menghasilkan FCFF USD 324 juta/tahun secara stabil hingga 2032. Itu artinya, perusahaan punya fondasi arus kas yang bisa diandalkan bahkan saat badai ekonomi datang. Nilai Wajar Saham KPC untuk BUMI (51%) :  Rp 24,3 triliun Rp 65/saham Arutmin: Rebound dan Potensi Bert...

Panduan Belajar Analisa Makroekonomi: Dari Pemula Hingga Mahir

Jika kamu pernah membaca berita seperti “Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan” atau “PDB Indonesia tumbuh 5,2% pada kuartal ini” dan merasa bingung apa dampaknya ke kehidupan nyata—maka inilah saatnya kamu belajar analisa makroekonomi. Artikel ini akan membantumu memahami bagaimana ekonomi bekerja dari sudut pandang besar, langkah demi langkah. Memahami Dasar Ekonomi Makro Apa itu ekonomi makro? Ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena ekonomi dalam skala besar—misalnya negara atau dunia. Fokusnya meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, dan kebijakan pemerintah. Indikator yang wajib kamu kenali: Produk Domestik Bruto (PDB): Nilai total barang dan jasa yang diproduksi suatu negara. Inflasi: Kenaikan harga-harga secara umum. Pengangguran: Persentase tenaga kerja yang tidak bekerja. Suku bunga: Biaya pinjaman uang, yang diatur bank sentral. Nilai tukar: Kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing. Kenapa penting? Indika...

Faktor Pendorong yang Membuat Harga Emas Akan Terus Naik

Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas Ketegangan Geopolitik : Ketegangan perang dagang, ketegangan iran vs israel mendorong permintaan untuk aset keras seperti emas. Ketegangan ini berkontribusi pada melemahnya Dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset yang aman. Kebijakan The Fed : Perubahan kebijakan The Fed yang lebih berhati-hati, terkait dengan kekhawatiran terhadap lonjakan harga akibat tarif, telah menurunkan ekspektasi suku bunga riil yang lebih tinggi, sehingga mendukung kenaikan harga emas. Permintaan Institusional yang Kuat : Terjadi aliran dana yang signifikan ke dalam ETF emas pada Maret 2025, dengan US$8,6 miliar yang mengalir masuk ke ETF emas, mencapai tingkat tertinggi kedua sejak Q2 2020. Peringkat Utang AS: Penurunan Peringkat Utang AS : Moody’s menurunkan peringkat utang AS dari Aaa menjadi Aa1 karena proyeksi utang AS yang diperkirakan akan mencapai 134% dari PDB pada tahun 2035. Penurunan ini meningkatkan daya tarik emas sebagai aset ama...