Imbal hasil obligasi (bond yields) biasanya turun ketika bank sentral mulai memangkas suku bunga. Namun, di awal 2025, kita justru melihat fenomena yang berbeda: meskipun The Fed dan bank sentral lainnya mulai melonggarkan kebijakan moneter, bond yields tetap tinggi. Apa penyebabnya? Bagaimana dampaknya terhadap pasar keuangan dan strategi investasi? Mengapa Bond Yields Masih Tinggi? Kami mengidentifikasi tiga faktor utama yang menyebabkan imbal hasil obligasi tetap tinggi meskipun ada ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Fed: 1. Inflasi yang Masih Keras Kepala Sulit Turun Inflasi masih bertahan di atas target, yang membuat The Fed berhati-hati dalam memangkas suku bunga. Tahun ini kami memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni dan Desember 2025, inflasi yang terus tinggi dapat menunda keputusan tersebut. Tariff baru yang diterapkan oleh pemerintahan AS juga menambah tekanan inflasi, yang bisa membatasi ruang gerak The Fed untuk menurunkan...
Pasca pelantikan pada 20 Januari 2025, Donald Trump langsung mengeluarkan kebijakan agresif terkait perdagangan dan imigrasi. Dengan mengenakan tarif tinggi pada impor dari Kanada, Meksiko, dan China, Trump berusaha melindungi industri dalam negeri AS. Namun, kebijakan ini memicu ketidakpastian global yang berdampak langsung pada pasar keuangan, termasuk di Indonesia. Kenaikan Indeks Dolar AS (DXY) dan Ketidakstabilan Ekonomi Global Indeks dolar AS (DXY) melonjak 1,3% dalam semalam, mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir. Gejolak ini diperparah oleh konflik di Timur Tengah dan Eropa, yang membuat ekonomi global semakin sulit diprediksi. Sejarah menunjukkan bahwa kebijakan tarif tinggi pada 1929–1934 berdampak besar terhadap perekonomian dunia, menyebabkan penurunan perdagangan global lebih dari 60% dan memicu kebangkrutan perbankan. Kebijakan Luar Negeri Trump yang Provokatif Sebelum terpilih, Trump berjanji mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan cepat, tetapi kebijakan lua...