Selama dua tahun terakhir, dunia menyaksikan fenomena langka dalam sejarah ekonomi global: 312 kali pemangkasan suku bunga oleh bank sentral di seluruh dunia , hampir menyamai rekor pasca-krisis 2008. Namun berbeda dari masa lalu, kali ini ekonomi Amerika Serikat justru tumbuh kuat PDB nominal naik 11% . Skenario yang jarang terjadi ini menciptakan kombinasi yang berbahaya: pertumbuhan tinggi di tengah likuiditas berlebih , atau yang oleh Michael Hartnett (BofA Global Research) disebut sebagai fase “booms, bubbles, and debasement.” 1. Dunia Penuh Likuiditas, Tanpa Resesi Bank sentral global menurunkan suku bunga dengan kecepatan luar biasa untuk menopang permintaan dan menstimulasi pasar. Hasilnya, likuiditas membanjiri seluruh kelas aset . Namun, berbeda dari periode pasca-Lehman yang diwarnai resesi, kali ini pertumbuhan ekonomi justru masih ekspansif. Amerika Serikat bahkan mencatat surplus anggaran sebesar USD 198 miliar pada September 2025 , sesuatu yang nyaris tak terlihat dalam...
Amerika Serikat (AS) kini mencatat utang publik sebesar USD 38 triliun (38.019 miliar). Kenaikan tercepat di luar periode pandemi bahkan tanpa krisis besar, utang AS tetap tumbuh sangat cepat. Dalam tahun fiskal 2025, pemerintah AS menghabiskan $1.21 triliun hanya untuk membayar bunga utang. Pasar akan mulai meragukan kemampuan jangka panjang AS untuk menyeimbangkan fiskal. kenaikan utang menimbulkan kekhawatiran stabilitas dolar. Setiap kali Debt-to-GDP melonjak or setiap kali utang AS tumbuh lebih cepat dari GDP harga emas meroket karena investor mencari tempat aman di luar sistem dolar. Gold aset pelindung terbaik dari risiko utang AS yang terus meroket dan currency risks