Langsung ke konten utama

Postingan

Euforia AI Mulai Retak: Bank of America Peringatkan Tekanan Darah Tinggi di Pasar

Ketika euforia pasar masih menari di atas nama Artificial Intelligence , Bank of America menyebut kondisi keuangan global kini sedang mengalami “ Hypertension ” tekanan darah tinggi di pasar modal. Semuanya terlihat normal di luar: saham-saham AI mencetak rekor, Nasdaq masih kuat, dan imajinasi investor masih dipenuhi narasi masa depan digital. Namun di bawah permukaan, tekanan likuiditas mulai meningkat, aliran kas menyempit, dan tanda-tanda awal gelembung mulai muncul. AI Supercycle: Antara Inovasi dan Ketamakan Spread obligasi korporasi raksasa teknologi — Amazon, Microsoft, Meta, Google, dan Oracle — mulai melebar. Artinya? Investor mulai menuntut premi risiko lebih tinggi untuk memegang utang perusahaan yang selama ini dianggap “tak terkalahkan”. Perusahaan-perusahaan besar ini sedang memasuki AI arms race perlombaan membangun pusat data, chip, dan infrastruktur AI bernilai ratusan miliar dolar. Namun masalahnya, cash flow tak lagi cukup menutupi capex. Dalam 7 minggu...
Postingan terbaru

GOTO : Dari “Cash Burning” ke “Cash Generating”

  GOTO : Dari “Cash Burning” ke “Cash Generating” GoTo per 30 September 2025 sudah menghasilkan EBITDA positif Rp329.7 miliar. Tahun 2025 akan menjadi titik balik (inflection year).  Proyeksi analyst EBITDA GOTO  Tahun 2025 = 650 milyar,  Tahun 2026 = 1.25 triliun,  Tahun 2027 =1.77 triliun

Rotasi Besar: Dari Obligasi ke Saham di Tengah Puncak Likuiditas dan Stimulus Ganda

Heavy foreign outflow in bond market, but inflow in equity Indonesia memasuki fase peak liquidity dan bottoming valuation. Dengan stimulus fiskal besar dan stabilitas domestik yang relatif terjaga, rotasi dari obligasi ke saham menjadi tema utama Q4 2025 – Q1 2026. Stimulus fiskal dan moneter Pemerintah menyiapkan stimulus sosial baru (BLT Rp30 triliun untuk 35 juta orang, food aid, cash-for-work, dan program magang).  Likuiditas memuncak (M0 tumbuh 18.3% YoY) akibat penempatan SAL pemerintah. BI juga telah membeli SBN Rp143 triliun dan memberi insentif RRR hingga Rp348 triliun. Likuiditas terus naik dampak stimulus fiskal dan moneter, Earnings emiten potensi rebound di Q4, Valuasi bluechip masih murah 5 faktor utama penggerak pasar saham 1. Earnings  2. Likuiditas  3. Valuasi  4. Suku bunga  5. Sentimen  

Emas Masih Undervalued: Saat Dunia Tenggelam dalam Utang, Hanya 4% Aset Global yang Tersimpan di Emas

  Dalam dunia keuangan yang penuh gelembung dan utang menggunung, ada satu fakta mencengangkan: emas dan saham penambang emas hanya mewakili 4% dari total aset global pada tahun 2025. Angka ini tampak kecil, tetapi justru menyimpan pesan besar kita berada di titik undervaluasi terbesar emas dalam hampir satu abad. Dari Era 1920-an hingga 1980-an: Emas Pernah Jadi Aset Utama Dunia Jika kita menelusuri sejarah, setiap kali dunia menghadapi krisis utang atau inflasi besar, peran emas selalu kembali menguat. 1921–1948: Setelah Perang Dunia dan masa Depresi Besar, emas dan saham tambang emas mewakili 20–30% dari seluruh kekayaan finansial global. 1981: Di tengah inflasi dua digit dan krisis minyak, alokasi emas masih sekitar 26%. Namun hari ini, di era utang global tertinggi sepanjang sejarah (lebih dari 330% PDB dunia), pangsa emas justru anjlok ke 4%. Artinya, pasar global telah berpindah terlalu jauh ke aset kertas saham, obligasi, dan derivatif sambil melupakan “uang sejati” yang me...

The AI Era: Ketika Kecerdasan Buatan Menjadi Mesin Ekonomi Dunia

Dalam sejarah ekonomi global, setiap lompatan besar selalu diawali oleh teknologi. Pada abad ke-19, kereta api menyatukan pasar dan memicu lahirnya investasi korporasi. Abad ke-20, listrik dan internet melahirkan revolusi industri dan digital. Dan kini, Artificial Intelligence (AI) menjadi babak baru yang mendefinisikan arah ekonomi dunia. AI bukan sekadar inovasi digital ia adalah infrastruktur ekonomi baru. Namun, berbeda dari sekadar aplikasi atau model bahasa besar (LLM), AI dibangun di atas fondasi fisik: beton, baja, dan silikon. AI: Dari Kode Menjadi Kapital Era AI bukan hanya tentang algoritma, tapi tentang infrastruktur: data center, chip GPU, pendingin cair, dan energi listrik dalam jumlah raksasa. Untuk membangun satu pusat data AI berkapasitas 250 MW, dibutuhkan biaya sekitar US$12 miliar. Lebih mengejutkan lagi, permintaan daya global untuk data center akan melonjak 160% pada 2030.  Masalahnya, jaringan listrik dunia—khususnya Amerika Serikat—tidak didesain untuk be...