Saham perbankan Indonesia belakangan ini tertekan karena concern soal likuiditas dan funding cost yang tinggi. Pemerintah berencana menyalurkan IDR200 triliun ke bank BUMN. Jumlah ini setara dengan 42% dari excess liquidity saat ini atau sekitar 2,1% dari M2 (money supply) Jul-25. Tujuannya mempercepat pertumbuhan M2 dari 7% ke 9% (Sep-25), sehingga likuiditas sistemik lebih longgar. Excess liquidity naik signifikan, LDR turun, funding cost bisa ditekan, earnings lebih stabil. Beneficiary utama : BBNI & BBRI (lebih defensif terhadap risiko NIM). Langkah yang cukup agresif, tapi menarik. Secara moneter, BI sudah cukup agresif dengan beberapa kali memangkas suku bunga acuan. Akan tetapi, sejumlah indikator masih menunjukan konsumsi rumah tangga belum meningkat signifikan. Dengan demikian, perlu booster lain untuk mendorong hal ini. Stimulus fiskal dari dana murah untuk perbankan ini dapat menjadi salah satunya. Dana tersebut memberikan ruang likuiditas yang lebih besar ...