Langsung ke konten utama

Postingan

Goldman Sachs mempercepat prediksi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi bulan september

  Goldman Sachs mempercepat prediksi pemangkasan suku bunga oleh The Fed dari sebelumnya Desember 2025 menjadi September 2025. Alasan goldman sachs : Pertama Efek tarif Trump terhadap inflasi ternyata lebih kecil dari yang dikhawatirkan. Awalnya, Goldman memperkirakan puncak dampak tarif terjadi di musim panas, membuat pemotongan suku bunga sulit dilakukan lebih cepat. Namun data terbaru menunjukkan efek tarif terhadap harga konsumen lebih ringan dan bersifat satu kali saja (one-time price effect). Kedua Kondisi tenaga kerja melemah : Jika data ketenagakerjaan yang akan keluar minggu ini (nonfarm payrolls) lebih lemah dari perkiraan, peluang pemangkasan suku bunga di bulan September makin besar. Proyeksi Suku Bunga dari Goldman Sachs: Tiga kali pemotongan berturut-turut sebesar 25 basis poin: September, Oktober, Desember 2025. Sehingga Fed Funds Rate akan turun ke kisaran 3,5% - 3,75% di akhir 2025.
Postingan terbaru

Alasan Kenapa Saham BRMS Menarik

  Konsensus Analyst terbaru target price saham BRMS. Bloomberg terminal Alasan kenapa saham BRMS menarik :  Cadangan emas besar (5 juta oz gold reserves), Seluruh rencana ekspansi sudah fully funded, Pertumbuhan produksi emas paling tinggi di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Produksi emas diproyeksikan naik 3x lipat dari 65K oz (2024) menjadi 183K oz (2029F) dari proyek CPM (Citra Palu Mineral).

U.S. Dollar Index $DXY falls to lowest level since March 2022

U.S. Dollar Index $DXY falls to lowest level since March 2022. Reminder : DXY (US dollar index) sedang menghadapi potensi bear market 20–40%. BofA : USD anjlok akan jadi trigger emerging market buat masuk fase BULL MARKET. Siklus pembayaran utang jumbo dalam USD sudah lewat. Rupiah potensi menguat ke level 15 ribuan

Setelah Satu Dekade Tertinggal, Apakah Emerging Market Siap Bangkit?

Selama lebih dari satu dekade terakhir,  pasar negara berkembang (Emerging Markets / EMs) mengalami kinerja yang jauh tertinggal dibanding negara maju ( Developed Markets / DMs ). Bahkan,  selisih kinerja antara EMs dan DMs sudah mencapai sekitar -50%  dalam 10 tahun terakhir. Pertanyaan besar yang kini muncul di kalangan investor global adalah: Apakah ini saatnya fundamental Emerging Markets pulih? Atau justru tekanan struktural akan berlanjut? Apa Syarat Sejarah Agar EM Bisa Outperform? Secara historis, setiap fase EM berhasil mengungguli DMs selalu diawali oleh tiga kondisi utama: Pertumbuhan Global yang Kuat . EM selalu menjadi pemenang ketika ekonomi global tumbuh pesat. Permintaan ekspor dari negara-negara maju menjadi motor utama. Perdagangan Global yang Bebas dan Terbuka  Era globalisasi, dengan arus barang dan modal yang lancar, adalah bahan bakar utama bagi EM untuk tumbuh lebih cepat dari DM Stabilitas Makroekonomi dan Geopolitik.  EM cenderung sangat...

Analisa Saham PGAS : Tantangan Margin, Tekanan Volume, dan Fokus ESG

 PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), anak usaha Pertamina di sektor gas, tengah menghadapi masa transisi strategis yang tak mudah. 🔍  Apa yang Sedang Terjadi dengan PGAS? 1. Penurunan Volume Distribusi Gas Aktivitas manufaktur Indonesia sedang lesu. Purchasing Managers’ Index (PMI) turun di bawah angka 50 dalam dua bulan berturut-turut (April: 46.7, Mei: 47.4), membuat volume distribusi gas PGAS turun 8% bulan ke bulan pada April. Proyeksi pertumbuhan volume distribusi PGAS tahun 2025 menjadi stagnan (flat), bukan lagi naik 3% seperti sebelumnya. 2. Biaya Pembelian Gas Melonjak Di tengah pasokan gas dari Blok Corridor yang menurun (turun 8% YoY), PGAS harus membeli gas dari sumber lain, termasuk LNG, yang lebih mahal. Harga pembelian gas pada kuartal I 2025 naik 12% menjadi USD 7/mmbtu. Margin distribusi pun tertekan, dan PGAS belum tentu bisa meneruskan beban biaya ini ke pelanggan non-SGP (harga gas khusus industri). 3. Koreksi Proyeksi Laba Dengan tekanan margin dan volume, R...

Investasi dalam Kabut Perang: Strategi Menghadapi Ketidakpastian Global

Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran kembali memuncak, memicu kekhawatiran pasar global. Dalam situasi seperti ini, investor menghadapi tantangan klasik: berinvestasi dalam ketidakpastian—atau istilah yang digunakan para ahli strategi:  “Investing in the Fog of War.” Mengutip pemikiran Clausewitz dan Marx, sejarah menunjukkan bahwa konflik berskala besar di Timur Tengah sering kali tidak memberikan hasil yang pasti atau berjangka panjang. Ketika AS melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, dunia kembali dihadapkan pada spekulasi: apakah ini akan memicu perang besar, atau hanya menjadi satu episode dalam rangkaian panjang konflik kawasan? 🔍 Apa yang Harus Diperhatikan Investor? Risiko Retaliasi Tinggi: Serangan AS membuka peluang besar terjadinya aksi balasan dari Iran, yang dapat mengganggu stabilitas regional. Mimpi Lama Membentuk Ulang Timur Tengah: Sejarah menunjukkan bahwa upaya “membangun ulang” kawasan ini—dari Romawi hingga Prancis dan Inggris—se...

Dampak Konflik Israel-Iran: 3 Skenario dan Implikasinya Terhadap Pasar Global

Konflik antara Israel dan Iran yang meletus sejak 13 Juni 2025 kini memasuki fase yang semakin memanas dan kompleks. Ketegangan geopolitik ini telah memberikan efek domino terhadap pasar komoditas, rantai pasok global, hingga persepsi risiko investor. Salah satu jalur paling krusial—Selat Hormuz—terancam terganggu, memicu kekhawatiran besar di pasar energi dunia. Berikut 3 skenario dari konfilk ISRAEL, AS vs IRAN 🔵  Skenario 1: Konflik Terkendali – Temporary Escalation (65%) Deskripsi: Israel melancarkan serangan taktis untuk melemahkan ancaman nuklir dan militer Iran. Iran merespons secara asimetris tanpa bentrokan langsung dengan AS. Selat Hormuz tetap terbuka dan tidak ada perubahan rezim di Iran. Dampak Utama: Harga minyak melonjak sementara ke $80–85 per barel, lalu turun ke $65–70. Inflasi global minimal karena premi risiko energi segera mereda. Arus masuk ke aset safe haven seperti emas dan dolar AS menguat sementara. Pasar saham sempat terkoreksi tetapi pulih ketika sinyal...

Good news : Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata total dan menyeluruh antara Israel dan Iran

  Good news : Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata total dan menyeluruh antara Israel dan Iran. Harga oil langsung turun merespon postingan trump. Sinyal ketegangan timur tengah mereda.  Era trump sentimen sangat cepat berubah ya. Kemarin market panic sell, Hari ini bakal ada panic buy lagi ya. IHSG bakal loncat kodok hari ini *CNN mencoba mengonfirmasi ke Gedung Putih tentang gencatan senjata ini. baik Israel maupun Iran belum memberikan komentar publik tentang kesepakatan tersebut.

Update data riset dari Bank of America (BofA)

  Aksi Militer AS Diprediksi Singkat karena Kepentingan Politik. BofA menyoroti bahwa Trump tidak ingin harga gasoline AS >$4/gallon (grafik 3: rerata 2021–2025 di $3.9), sehingga aksi militer AS terhadap Iran kemungkinan singkat dan tak bereskalasi besar. Dolar AS Sedang Dalam Bahaya “Bear Market” : BofA menyebut “pain trade terbesar musim panas ini adalah membeli dolar AS.” DXY (US dollar index) sedang menghadapi potensi bear market 20–40%. Data pergerakan dana global dari BofA. Emas aset dengan kinerja terbaik namun investor masih underinvested (hanya 0,4% AUM). Data inflow ke fund emas annualizing $80 miliar—tertinggi sepanjang sejarah. Dari $3,9 triliun aset klien BofA, hanya sedikit yang dialokasikan ke emas dan aset yang saat ini outperform. Sebagian besar terkonsentrasi di saham besar AS (“Magnificent 7”). Grafik 9 menunjukkan inflow terbesar ke sektor energi sejak Oktober 2023, dipicu oleh ketegangan Iran-Israel Grafik 7 menunjukkan inflow ke EM debt (obligasi pasar ber...

AS resmi join war. AS luncurkan serangan Rudal ke situs nuklir Iran

  AS resmi join war. AS luncurkan serangan Rudal ke situs nuklir Iran. AS resmi join war. AS luncurkan serangan Rudal ke situs nuklir Iran. Konflik timur tengah masuk tahap yang lebih panas. Harga oil bakal meroket. Harga oil bakal meroket.  Reminder : Simulasi dari Bloomberg Economics. Dampak perang Israel vs Iran ke angka inflasi dan harga oil. Iran mengontrol dua jalur pelayaran strategis yang sangat penting bagi perdagangan minyak dunia, yaitu:  Selat Hormuz yang mengangkut sekitar 20% pasokan minyak dunia dan 30-35% LNG dunia.  Laut Merah, yang melalui pemberontak Houthi di Yaman, mengangkut sekitar 12% minyak dunia dan 6% LNG. Jika iran marah kemudian memblokir selat hormuz dan laut merah potensi menyebabkan gangguan pasokan energi, yang berdampak pada lonjakan harga minyak global.

Konflik IRAN vs ISRAEL ditambah The Fed masih hawkish membuat market lesu

  AS BERSIAP MASUK KE ARENA PERANG (KONFLIK ISRAEL - IRAN) S rencana mau join war. Ini yang bikin market ikut volatile. Serangan udara antara Israel-Iran masih berlanjut, pasar khawatir AS dan negara-negara lain akan terlibat dalam perang tersebut. Pasar cemas akan terganggunya rantai pasokan sejumlah komoditas energi, khususnya minyak dan gas. Pasar berharap akan ada negosiasi antara AS-Iran dan Uni Eropa-Iran. Mengapa Federal Reserve (The Fed) merasa yakin dapat menahan suku bunga tetap (on hold) laporan J.P. Morgan (19 Juni 2025) The Fed percaya diri menahan suku bunga karena: Kondisi makro masih stabil (growth & labor), Inflasi melambat meskipun masih tinggi, Suku bunga sudah cukup restriktif. The Fed ingin mempertahankan citra sebagai pejuang inflasi, terutama di hadapan Kongres dan pasar. Mereka tidak ingin terlihat terlalu cepat menyerah dalam pengetatan, meski ada tekanan keuangan dan defisit fiskal yang membesar di AS. Dari Mei ke Juni, The Fed berubah nada menjadi le...