Konflik antara Israel dan Iran yang meletus sejak 13 Juni 2025 kini memasuki fase yang semakin memanas dan kompleks. Ketegangan geopolitik ini telah memberikan efek domino terhadap pasar komoditas, rantai pasok global, hingga persepsi risiko investor. Salah satu jalur paling krusial—Selat Hormuz—terancam terganggu, memicu kekhawatiran besar di pasar energi dunia.
Berikut 3 skenario dari konfilk ISRAEL, AS vs IRAN
🔵 Skenario 1: Konflik Terkendali – Temporary Escalation (65%)
Deskripsi:
Israel melancarkan serangan taktis untuk melemahkan ancaman nuklir dan militer Iran. Iran merespons secara asimetris tanpa bentrokan langsung dengan AS. Selat Hormuz tetap terbuka dan tidak ada perubahan rezim di Iran.
Dampak Utama:
Harga minyak melonjak sementara ke $80–85 per barel, lalu turun ke $65–70.
Inflasi global minimal karena premi risiko energi segera mereda.
Arus masuk ke aset safe haven seperti emas dan dolar AS menguat sementara.
Pasar saham sempat terkoreksi tetapi pulih ketika sinyal de-eskalasi muncul.
🟠Skenario 2: Perubahan Rezim di Iran – Regime Change (20%)
Deskripsi:
Tekanan militer dan ekonomi yang berkelanjutan memicu perubahan pemerintahan Iran, bisa melalui transisi reformis atau kekacauan internal.
Dampak Utama:
Harga minyak memuncak di $100 per barel, lalu mereda ke $70–80.
Inflasi meningkat singkat, tetapi tidak mencapai puncak tahun 2022.
Aset safe haven menguat, lalu melemah saat transisi politik stabil.
Pasar saham volatil dalam jangka pendek namun pulih dalam jangka menengah.
🔴 Skenario 3: Konflik Berlarut Tanpa Solusi – Prolonged Conflict (15%)
Deskripsi:
Konflik bereskalasi menjadi pertempuran berkepanjangan tanpa celah diplomatik. Iran tetap represif dan menyerang infrastruktur energi serta pelayaran regional.
Dampak Utama:
Harga minyak bertahan tinggi di $125–150 per barel secara struktural.
Inflasi negara maju naik 2–2,5% hingga akhir 2025.
Permintaan tinggi terhadap aset safe haven berlanjut dalam jangka panjang.
Koreksi pasar saham global yang berkelanjutan, terutama di negara berkembang dan sektor energi-intensif.
Ketidakpastian geopolitik yang sedang berlangsung ini telah memperkeruh sentimen pasar secara global. Harga minyak dunia yang meningkat, gangguan di Selat Hormuz, dan reli aset safe haven menjadi sinyal bahwa investor kini lebih sensitif terhadap dinamika Timur Tengah. Meski skenario konflik terkendali masih menjadi baseline (65%), investor perlu waspada terhadap eskalasi mendadak yang bisa memperparah inflasi dan memperpanjang tekanan terhadap pasar modal.