Langsung ke konten utama

Postingan

Metal 2026 Outlook: Rekor Baru 2025 & Apa yang Menanti di 2026?

Tahun 2025 menjadi tonggak bersejarah bagi sektor logam —  harga emas dan tembaga sama-sama menyentuh all-time high . Namun pertanyaan besarnya adalah:  apakah reli ini masih berlanjut di 2026? Ada  3 tema besar  yang akan membentuk arah pasar logam Indonesia tahun depan: 1. Harga Komoditas Masih Tinggi: Supply Ketat, Demand Tetap Kuat Gold Outlook 2026–2027 Fundamental tetap kuat karena: ✔ Pembelian emas bank sentral meningkat ✔ Aliran dana ETF ke emas bertambah ✔ Pertumbuhan suplai global sangat lambat — hanya  +0.3%  di 2024, dan produksi tambang hanya  +0.1% YoY . Artinya:  pasar emas tetap  supply-constrained  → harga tinggi lebih mudah dipertahankan. Copper Outlook 2026–2027 Harga tembaga diproyeksikan tetap tinggi akibat kombinasi: 1️⃣ Gangguan produksi global Freeport Grasberg terdampak longsor & mud-rush → suplai menurun hingga  2027 . 2️⃣ Permintaan struktural terus naik Didorong oleh: elektrifikasi pertumbuhan EV ener...
Postingan terbaru

The Yen Carry Trade: Mesin Likuiditas Dunia & Kapan Unwind Besarnya Tiba

Untuk para pelaku pasar global,  yen carry trade  bukan sekadar strategi ini adalah  tulang punggung likuiditas dunia . Selama puluhan tahun, suku bunga Jepang yang ultra-rendah menjadikan yen sebagai mata uang pendanaan favorit hedge fund, bank, dan investor institusi. Namun meskipun strategi ini sudah dikenal luas,  momen terjadinya “unwind”-nya adalah misteri terbesar dalam makro global. Kali ini Rikopedia akan membahas bagaimana carry trade bekerja, indikator yang perlu diperhatikan, dan sinyal paling jelas kapan pasar sedang mendekati titik rapuhnya. 1. Apa Itu Yen Carry Trade? Yen carry trade memanfaatkan  selisih suku bunga  (interest rate differentials) antara Jepang dan negara lain seperti AS. Prosesnya sederhana: 1. Pinjam yen  dengan biaya hampir nol. 2. Jual yen → beli dolar  (atau mata uang lain). 3. Investasikan  ke aset berimbal hasil lebih tinggi: saham AS, kredit, emerging markets, hingga obligasi pemerintah. 4....

Kenapa IHSG Punya Peluang Menguat Lebih Jauh di 2026

Tahun 2024–awal 2025 adalah masa yang berat bagi pasar saham Indonesia. Kombinasi  tight liquidity , suku bunga tinggi, pelemahan ekonomi global, dan arus keluar asing membuat banyak investor memilih mode defensif. IHSG sempat jatuh dalam, valuations terdiscount, dan sentimen berada di level rendah. Namun memasuki akhir 2025, anginnya berbalik. Keadaan yang menekan pasar selama 2 tahun terakhir mulai hilang satu per satu. Dan untuk pertama kalinya sejak pandemi,  kombinasi makro, fiskal, dan likuiditas semuanya mulai sinkron ke arah positif . 1. Global: Tailwind Mulai Datang Dari The Fed ➡️  The Fed di jalur untuk menurunkan suku bunga hingga 3% pada akhir 2026 ➡️ Dot-plot terbaru memang lebih konservatif (3,5%), tetapi arah besarnya tetap dovish ➡️ Fed menghentikan pengetatan neraca (QT freeze) per 1 Desember 2025 Artinya: ✔ Likuiditas global tidak lagi mengering ✔ Dolar AS berpeluang melemah ✔ Aliran dana ke emerging markets, termasuk Indonesia, bisa kembali deras Selam...