Selama 41 bulan terakhir, ekonomi global seperti berjalan dalam musim dingin panjang. Likuiditas mengering, harga aset berfluktuasi tajam, dan bayangan resesi terus menghantui pasar keuangan. Namun kini, sebuah cahaya tampak di ujung terowongan. Dalam pidatonya baru-baru ini, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa balance sheet reduction atau Quantitative Tightening (QT) akan segera berakhir. Sebuah pernyataan yang tampak sederhana, namun memiliki konsekuensi besar bagi masa depan ekonomi dunia. Dari QE ke QT: Sebuah Siklus Uang dan Krisis Mari kita mundur ke tahun 2020–2021. Di tengah pandemi COVID-19, The Fed mencetak uang dalam skala besar melalui kebijakan Quantitative Easing (QE) . Neraca keuangannya melonjak dari $4,5 triliun menjadi $9 triliun hanya dalam dua tahun sebuah injeksi likuiditas terbesar sepanjang sejarah modern. Uang tersebut mengalir deras ke pasar keuangan: saham, properti, dan kripto semuanya meroke...
China dan Rusia jadi pembeli emas terbesar dunia. Keduanya menambah cadangan emas lebih dari 1.800 ton sejak tahun 2000. Pembelian emas oleh bank sentral (terutama dari EM) meningkat drastis sejak 2022, sebagai respons terhadap sanksi pembekuan cadangan devisa Rusia. Lebih aman menyimpan emas daripada aset USD. Takut nasibnya sama seperti Rusia yang tiba2 asetnya dibekukan sama barat. Pergeseran besar dalam cadangan devisa global untuk pertama kalinya sejak 1996, bank sentral di seluruh dunia kini memegang lebih banyak emas daripada surat utang pemerintah AS (U.S. Treasuries). Dampak utang AS yang terus membengkak, Risiko geopolitik seperti sanksi ekonomi AS yang semena2 terhadap banyak negara, Kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal dan inflasi AS. Emas tidak memiliki risiko default dan tidak tergantung pada kepercayaan terhadap pemerintah manapun. Negara-negara seperti China, Rusia, dan India memperbesar cadangan emasnya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar d...