Teori Intermarket Analysis yang populer dari John Murphy, pergerakan bond yield dan pasar saham sering kali berlawanan arah.
Bond yield tembus ke bawah 6.5%, rotasi ke pasar saham bisa semakin cepat.
Saat yield obligasi turun, investor akan mencari alternatif return yang lebih tinggi di saham, sehingga aliran dana potensi masuk pasar saham.
Dalam model valuasi (misal DCF atau CAPM), yield obligasi pemerintah dipakai sebagai risk-free rate.
👉🏻Yield obligasi naik → risk-free rate naik → valuasi wajar saham turun.
👉🏻Yield obligasi turun → valuasi wajar saham naik.
Saat yield turun, berarti risk-free rate juga turun, discount rate yang dipakai untuk menghitung nilai sekarang (present value) arus kas perusahaan menjadi lebih rendah. Hasilnya valuasi saham (fair value) naik.
yield rendah sering diikuti suku bunga pinjaman yang lebih murah, sehingga Perusahaan bisa meminjam dana untuk ekspansi dengan bunga lebih rendah.
Saat yield turun spread antara return obligasi dan potensi return saham makin lebar dampaknya investor akan mulai beralih ke saham demi imbal hasil lebih tinggi.
ROTATION UNDERWAY: SRBI OUT, BONDS IN, EQUITIES NEXT?