Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label analisa makro ekonomi

Penggerak market minggu ini sentimen dari RDG BI dan FOMC

  BI kemungkinan tidak akan memotong suku bunga pada September , tetapi menundanya hingga Oktober 2025. Rupiah mengalami tekanan akibat perkembangan politik domestik (reshuffle kabinet, demo.). BI kemungkinan akan lebih berhati-hati, menunggu stabilitas pasar sebelum menurunkan suku bunga lagi. Cadangan devisa turun dari USD 152 miliar (Juli) menjadi USD 150,7 miliar (Agustus), terendah sejak November 2024 dampak pembayaran utang luar negeri & intervensi BI untuk menahan pelemahan rupiah. Bulan september kemungkinan BI bakal menahan diri untuk menjaga stabilitas rupiah & cadangan devisa. Bulan september kemungkinan BI bakal menahan diri untuk menjaga stabilitas rupiah & cadangan devisa. "Pasar mencerminkan masa depan, bukan masa kini. Harga dan volume sudah mengantisipasi berita hari ini. Jadi, jangan terjebak headline. Fokuslah bagaimana pasar menilai masa depan"

Saham yang Diuntungkan Rencana Pemerintah Menyalurkan IDR 200 triliun ke Bank BUMN

Saham perbankan Indonesia belakangan ini tertekan karena concern soal likuiditas dan funding cost yang tinggi.  Pemerintah berencana menyalurkan IDR200 triliun ke bank BUMN. Jumlah ini setara dengan 42% dari excess liquidity saat ini atau sekitar 2,1% dari M2 (money supply) Jul-25. Tujuannya mempercepat pertumbuhan M2 dari 7% ke 9% (Sep-25), sehingga likuiditas sistemik lebih longgar. Excess liquidity naik signifikan, LDR turun, funding cost bisa ditekan, earnings lebih stabil. Beneficiary utama : BBNI & BBRI (lebih defensif terhadap risiko NIM). Langkah yang cukup agresif, tapi menarik. Secara moneter, BI sudah cukup agresif dengan beberapa kali memangkas suku bunga acuan. Akan tetapi, sejumlah indikator masih menunjukan konsumsi rumah tangga belum meningkat signifikan. Dengan demikian, perlu booster lain untuk mendorong hal ini. Stimulus fiskal dari dana murah untuk perbankan ini dapat menjadi salah satunya. Dana tersebut memberikan ruang likuiditas yang lebih besar ...

Global Shift: Gold In, Dollar Out

  EMAS MENYALIP DOLAR AS DI BANK SENTRAL - Sejumlah bank sentral memilih cadangan emas daripada aset dolar AS Grafik di atas menunjukkan pergeseran cadangan devisa global oleh bank sentral di seluruh dunia antara USD (garis hitam) dan Emas (garis merah) dari tahun 2017 hingga 2025. Pada tahun 2017, USD mendominasi cadangan global di level 58%. Namun, proporsinya terus menurun setiap tahun, hingga menyentuh 46% di tahun 2025. Ini mencerminkan fenomena de-dolarisasi. Tahun 2025, porsi emas di cadangan global mencapai 20%, bahkan melampaui Euro sebagai cadangan nomor dua terbesar. Rally harga emas didukung story dan fundamental yang solid ya. Bukan hanya sekedar euforia sesaat.

Risiko inflasi gelombang kedua menunggu di tahun 2026

Kondisi sekarang menurut BofA mirip era Nixon (1970–1974) : tekanan politik buat menurunkan suku bunga→ Fed easing → risk-on jangka pendek → inflasi gelombang kedua disusul oil shock dan kejatuhan pasar. Risiko inflasi gelombang kedua masih menunggu di 2026. Data leading indicator resesi AS jelas yaitu belanja konstruksi turun, job openings turun, The Fed punya alasan kuat untuk cut. Strategi Hartnett (BofA) : Long gold, long crypto, long bonds , Short USD  

Saham BRMS Potensi Masuk MSCI

  Saham BRMS mendekati syarat minimum untuk masuk MSCI Indonesia Index. Jika harga saham naik sedikit atau free float bertambah, BRMS bisa memenuhi kriteria MSCI. BRMS dianggap kandidat kuat untuk masuk MSCI dalam review mendatang.

Siklus Pemangkasan Suku Bunga Berikut Sektor yang Akan Diuntungkan

JPM ramal BI rate peluang dipangkas 3 kali lagi sampai akhir tahun 2025. Inflasi masih rendah, Rupiah stabil, BI punya ruang memangkas suku bunga buat mendukung pertumbuhan ekonomi. Era pemangkasan suku bunga akan jadi sentimen positif buat sektor property.  Data history performance harga saham sektor property selama siklus pemangkasan suku bunga (BEFORE & AFTER)  

The Fed memperlambat laju pemangkasan suku bunga direspon negatif sama pasar hari ini

  Dot plot dari Federal Reserve (FOMC) edisi Juni 2025. The Fed mempertahankan ekspektasi untuk dua kali pemotongan suku bunga di tahun 2025. Kemudian The Fed akan sedikit memperlambat laju pemangkasan suku bunga menjadi satu pemotongan seperempat poin persentase pada tahun 2026 dan 2027. Market butuh lebih banyak stimulus pemangkasan suku bunga. The Fed memperlambat laju pemangkasan suku bunga direspon negatif sama pasar hari ini. Higher for longer direspon negatif sama pasar

Proyeksi Ekonomi AS Juni 2025: Inflasi Tetap Tinggi, Pengangguran Naik, Suku Bunga Bertahan

Federal Reserve (The Fed)  baru saja merilis  Summary of Economic Projections  (SEP) yang memperlihatkan arah kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS dalam jangka pendek hingga menengah. Berikut adalah ringkasan utama dari proyeksi tersebut. 1.  Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Melemah Pada tahun 2025, proyeksi median pertumbuhan PDB riil hanya sebesar  1,4% , turun dari proyeksi sebelumnya di bulan Maret sebesar 1,7%. Meskipun pada 2026 dan 2027 diperkirakan naik menjadi masing-masing 1,6% dan 1,8%, angka ini tetap berada di bawah tren historis AS. Artinya: The Fed memperkirakan pemulihan ekonomi yang lambat, kemungkinan karena efek pengetatan moneter sebelumnya dan ketidakpastian global. 2.  Tingkat Pengangguran Cenderung Stabil Tinggi Tingkat pengangguran diperkirakan mencapai  4,5% pada 2025  dan sedikit turun menjadi  4,4% pada 2027 . Angka ini naik dari proyeksi sebelumnya dan berada di atas target jangka panjang sebesar 4,2%. Implikas...

Konflik Israel-Iran Memanas: Bagaimana Dampaknya ke Sektor Migas?

  Konflik Israel-Iran Memanas: Bagaimana Dampaknya ke Sektor Migas? Tanggal 14 Juni 2025 , dunia kembali diguncang. Israel meluncurkan serangkaian serangan udara ke Iran yang menargetkan fasilitas nuklir dan energi. Perang balasan pun terjadi, dan minyak mentah dunia langsung melonjak hingga  US$78,5 per barel —kenaikan harian terbesar sejak 2022. Pertanyaannya:  Apa dampaknya ke sektor minyak dan gas, khususnya di Indonesia? Dan bagaimana seharusnya investor bersikap? 💥 Ketegangan yang Tak Bisa Diabaikan Iran menyumbang  3,3 juta barel per hari (bph)  atau sekitar  3,5% dari pasokan global . Negara ini juga mengontrol dua jalur ekspor energi paling krusial di dunia: Selat Hormuz  – menyalurkan 20% minyak dunia. Laut Merah (via Houthi di Yaman)  – 12% minyak dunia. Gangguan sekecil apa pun bisa menimbulkan  panic buying dan kenaikan harga migas global . 📊 Proyeksi Harga dan Sentimen Pasar Rikopedia memperkirakan harga Brent akan berada di k...

Ekonomi Indonesia Q1 2025: Ekonomi Tumbuh Melambat, Bank Indonesia Siap Pangkas Suku Bunga?

Indonesia baru saja merilis data ekonomi kuartal pertama 2025, dan hasilnya mengecewakan. GDP tumbuh hanya  +4,87% YoY  dan bahkan  terkontraksi -0,98% secara kuartalan , menjadikannya pertumbuhan paling lambat sejak Q3 2021.  1. Pemerintah Tahan Belanja, Ekonomi Kehilangan Energi Salah satu penyebab utama perlambatan ini adalah  penurunan tajam belanja pemerintah , terutama pada belanja proyek dan infrastruktur. Efisiensi anggaran dari pemerintahan baru memang terlihat positif secara fiskal, tetapi ini turut menekan pertumbuhan. Efeknya, kontribusi belanja pemerintah ke GDP justru negatif. 2. Investasi Lesu, Pasar Tunggu Kepastian Pertumbuhan investasi hanya  2,12% YoY , jauh di bawah rerata historis 6%. Ketidakpastian politik (baik dari dalam negeri maupun global seperti pemilu AS) membuat investor wait and see. 3. Konsumsi Domestik Tak Bertenaga, Tapi Bisa Kembali Padahal ada Ramadhan, diskon tarif listrik, dan subsidi—tapi konsumsi rumah tangga hanya tu...

Hubungan USD index dengan performance emerging market (EM)

  Jelang siklus pemangkasan suku bunga The Fed, USD index terus melemah. Pelemahan USD membuat rupiah menguat, Penguatan rupiah memicu inflow dana asing, IHSG all time high. Hubungan USD index dengan performance emerging market (EM). Saat trend USD melemah performance emerging market cenderung positif.

The Fed Memberikan Harapan Pemangkasan Suku Bunga di Bulan September

  Pasar saham AS mengalami kenaikan yang signifikan setelah pengumuman FOMC tadi malam. The Fed memberikan indikasi kemungkinan akan memangkas suku bunga pada bulan September, sesuai dengan harapan pelaku pasar. "Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata ChairmanThe Fed Jerome

Ekonomi AS Masih Tumbuh Kuat Berikut Dampak ke IHSG

  Data US GDP Q2 tumbuh 2.8% jauh di atas konsensus. Ekonomi AS masih tumbuh kuat akan memicu narasi higher for longer lagi. Data GDP AS kuat > USD menguat > Rupiah melemah lagi

Market Kembali Dalam Mode Risk Off

 Yield UST kembali naik.  Jepang salah satu pemegang terbesar obligasi AS. mata uang yen belakangan ini terus melemah. Jepang kemungkinan harus menjual US treasuries untuk menopang yen. Dampaknya yield UST akan terus naik. Masuk bulan Mei jelang FOMC pasar saham AS kembali volatile. Yield UST dan USD kembali naik. Yield UST naik = Saham volatile. Aset beresiko seperti crypto dan saham mayoritas ditekan turun. Mengindikasikan market dalam mode risk off. Saat cerita makro bagus pelaku pasar cenderung agresif masuk risk asset.  Sekarang cerita makro masih masih jelek, Inflasi AS masih tinggi dan The Fed masih menahan suku bunga tetap tinggi. Pelaku pasar cenderung menghindari risk asset.  Don't fight The Fed Keterangan : Risk on = uang cenderung mengalir masuk ke aset beresiko Risk off = uang cenderung keluar dari aset beresiko

Inflasi AS Naik Lagi, Ini Dampaknya

Angka inflasi AS (CPI) naik ke level 3.5% di atas konsensus. Inflasi AS masih panas sulit untuk turun.The Fed tidak akan buru2 memangkas suku bunga sampai inflasi jinak. Setelah rilis data inflasi tadi malam probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed di bulan Juni tinggal 18.5%. Artinya ekspektasi market The Fed tidak akan memangkas suku bunga di bulan Juni.  * Setelah rilis data inflasi tadi malam, USD indeks naik tembus 105, UST 10Y Yield tembus 4.5%.

Jika harga oil tidak turun, The Fed akan terus naikan suku bunga

  Jika harga oil tidak turun, The Fed akan terus naikan suku bunga. Source : Bloomberg intelligence  Bulan September ini Fed konsensusnya pause tidak naikan suku bunga tapi bulan November The Fed masih akan naikan suku bunga lagi.   Rusia + Arab saudi vs AS (The Fed) Is oil once again becoming a political commodity: Russia and Saudi Arabia are cutting oil production at the worst time for the Biden administration (hint: next year is an election year in the US) Source: Bloomberg, HolgerZ

The 30 largest Automakers in the World by Market Cap

  Nice chart by Leverage Shares showing the largest automakers in the world by market cap. As highlighted by Oktay Kavrak, CFA, the largest us firm is only number 10. There is also an interesting (still relatively unknown) newcomer: VINFAST, a car brand from Vietnam. The stock is up nearly 700% since going public on the Nasdaq and - at least briefly - became the 3rd biggest automaker in the world and at one point was worth more than Boeing, Disney and Goldman Sachs. What is also notable is that VINFAST is not profitable yet. Moreover, the number of cars is still pretty low: 24,000 in 2022 (vs. millions for the more traditional automakers or Tesla).

Penyebab Yield US Treasury Naik Tajam

  Saham, Bond dan mata uang emerging market kompak turun di bulan Agustus dampak naiknya yield US treasury dan buruknya data ekonomi China. U.S. Treasury Yields Have SURGED To 4.34% - Highest Level Since Before The Global Financial Crisis (2007) Mengapa yield US treasury naik begitu tajam? Berikut penjelasannya: • Investor sedang memperhitungkan rezim baru. Rezim dengan inflasi yang lebih tinggi dan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Dan investor menginginkan kompensasi lebih banyak untuk risiko tersebut. • Ekonomi Amerika Serikat yang lebih kuat dan tangguh dengan pertumbuhan yang melebihi perkiraan pada tahun 2023. Tingkat pengangguran masih berada pada level terendah sepanjang sejarah yaitu 3.5%, kondisi fiskal yang sehat, konsumen masih melakukan pengeluaran, dan pemilik rumah memiliki hipotek tetap dengan suku bunga rendah. • Federal Reserve (The Fed) berkomitmen untuk melakukan kenaikan suku bunga lebih lanjut dan tidak buru-buru menyatakan kemenangan atas inf...

MSCI AUGUST 2023 INDEX REVIEW

MSCI AUGUST 2023 INDEX REVIEW Announcement date August 10, 2023, All changes will take place as of the close of August 31, 2023, Effective date September 01, 2023 INDONESIA • MSCI Small Cap Indexes List Additions : AUTO, CUAN, SMSM Deletions : CMRY, DMMX, TMAS, WSK

Turunnya peringkat utang AS menjadi AA+

  Pemeringkatan utang valuta asing jangka panjang Amerika Serikat (AS) diturunkan oleh Fitch menjadi AA+ dari AAA. Pandangan atau outlook juga berubah menjadi stabil dari sebelumnya watch negative. "Penurunan peringkat utang AS mencerminkan perkiraan adanya penurunan keuangan dalam tiga tahun mendatang, beban utang pemerintah yang tinggi dan terus meningkat, serta penurunan tata kelola yang terjadi relatif dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki peringkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang tercermin dalam berulangnya konfrontasi batas utang dan penyelesaian mendadak pada menit terakhir," kata Fitch. "Selain itu, kemajuan dalam menangani tantangan jangka menengah terkait kenaikan biaya jaminan sosial dan Medicare karena penuaan penduduk terbatas." "Fitch memperkirakan defisit GG (general government) sebesar 6,6% dari GDP pada tahun 2024 dan meningkat lebih lanjut menjadi 6,9% dari GDP pada tahun 2025".