Konflik Israel-Iran Memanas: Bagaimana Dampaknya ke Sektor Migas?
Tanggal 14 Juni 2025, dunia kembali diguncang. Israel meluncurkan serangkaian serangan udara ke Iran yang menargetkan fasilitas nuklir dan energi. Perang balasan pun terjadi, dan minyak mentah dunia langsung melonjak hingga US$78,5 per barel—kenaikan harian terbesar sejak 2022.
Pertanyaannya: Apa dampaknya ke sektor minyak dan gas, khususnya di Indonesia? Dan bagaimana seharusnya investor bersikap?
💥 Ketegangan yang Tak Bisa Diabaikan
Iran menyumbang 3,3 juta barel per hari (bph) atau sekitar 3,5% dari pasokan global.
Negara ini juga mengontrol dua jalur ekspor energi paling krusial di dunia:
Selat Hormuz – menyalurkan 20% minyak dunia.
Laut Merah (via Houthi di Yaman) – 12% minyak dunia.
Gangguan sekecil apa pun bisa menimbulkan panic buying dan kenaikan harga migas global.
📊 Proyeksi Harga dan Sentimen Pasar
Rikopedia memperkirakan harga Brent akan berada di kisaran:
US$70–80 per barel dalam jangka pendek, didorong oleh risk premium akibat konflik.
Rata-rata YTD sejauh ini: US$71/bbl.
Investor kemungkinan akan kembali masuk ke sektor energi, terutama karena peluang jangka pendek yang meningkat.
Siapa yang Diuntungkan?
1. Medco Energi Internasional (MEDC)
Sensitivitas tinggi terhadap harga minyak (korelasi 60%).
EPS 2025F naik 21% tiap kenaikan US$5/bbl.
Harga saham target: Rp1.400, dengan potensi naik signifikan jika harga minyak terus menguat.
2. Perusahaan Gas Negara (PGAS)
Lebih stabil, tetapi masih punya korelasi 45% terhadap harga minyak.
Proyek gasifikasi dan jaringan rumah tangga bisa menjadi kunci diversifikasi.
3. AKR Corporindo (AKRA)
Spreads produk BBM mengikuti pergerakan minyak dunia.
Pendapatan tambahan dari penjualan lahan industri pada 2025.
ESG & Transisi Energi: Masih Jalan Panjang
Meskipun perusahaan-perusahaan migas Indonesia mulai merilis peta jalan ESG:
MEDC baru mulai sejak 2023.
PGAS & AKRA belum merilis roadmap ESG secara penuh.
Investor global masih menunggu komitmen lebih kuat dan insentif nyata dari pemerintah.
Insight: Apa Strategi Investor?
✅ Jangka Pendek:
Masuk ke sektor migas bisa jadi strategi oportunistik selama harga masih di atas US$70.
⚠️ Risiko:
Jika konflik mereda lebih cepat atau permintaan global melemah akibat tekanan ekonomi (misal: tarif dagang AS), harga bisa kembali terkoreksi.
📈 Peluang Jangka Panjang:
MEDC jadi proxy kuat untuk pergerakan harga minyak.
PGAS dan AKRA lebih stabil, cocok untuk yang mencari yield dan prospek distribusi.
Kesimpulan: Krisis adalah Peluang (Kalau Tahu Mainnya)
Ketegangan geopolitik memang menakutkan. Tapi bagi investor yang cermat, justru di situlah peluang lahir. Konflik Israel-Iran bisa memicu lonjakan harga minyak, yang artinya sektor energi bisa kembali bersinar—setidaknya untuk sementara.