Langsung ke konten utama

Mengapa The Fed Harus Mengakhiri QT Sekarang? Aset yang Diuntungkan Jika QT Berakhir

Selama 41 bulan terakhir, ekonomi global seperti berjalan dalam musim dingin panjang. Likuiditas mengering, harga aset berfluktuasi tajam, dan bayangan resesi terus menghantui pasar keuangan. Namun kini, sebuah cahaya tampak di ujung terowongan.

Dalam pidatonya baru-baru ini, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa balance sheet reduction atau Quantitative Tightening (QT) akan segera berakhir. Sebuah pernyataan yang tampak sederhana, namun memiliki konsekuensi besar bagi masa depan ekonomi dunia.


Mengapa The Fed Harus Mengakhiri QT Sekarang? Aset yang Diuntungkan Jika QT Berakhir


Dari QE ke QT: Sebuah Siklus Uang dan Krisis


Mari kita mundur ke tahun 2020–2021. Di tengah pandemi COVID-19, The Fed mencetak uang dalam skala besar melalui kebijakan Quantitative Easing (QE). Neraca keuangannya melonjak dari $4,5 triliun menjadi $9 triliun hanya dalam dua tahun sebuah injeksi likuiditas terbesar sepanjang sejarah modern.


Uang tersebut mengalir deras ke pasar keuangan: saham, properti, dan kripto semuanya meroket. Namun, efek sampingnya muncul cepat inflasi tertinggi sejak 1970-an. Harga kebutuhan pokok melonjak, biaya hidup meningkat, dan daya beli masyarakat menurun drastis.


Untuk memadamkan inflasi, The Fed berbalik arah. Sejak Juni 2022, dimulailah era Quantitative Tightening (QT) yaitu kebijakan mengurangi ukuran neraca dengan menarik kembali uang dari sistem keuangan. Efek QT sangat terasa: uang beredar berkurang → likuiditas mengetat → harga aset turun → ekonomi melambat.


Musim Dingin Ekonomi dan Krisis Likuiditas


Tiga tahun terakhir menjadi saksi dari efek domino QT: Pasar saham global terkoreksi tajam, Bank-bank besar seperti Silicon Valley Bank runtuh, Pasar kripto ambruk, Bahkan kepercayaan publik terhadap pemerintah menurun tajam. Satu hal yang masih menjaga sistem agar tidak runtuh sepenuhnya adalah cadangan likuiditas sementara dari Reverse Repo Facility (RRP) milik The Fed. Pada akhir 2022, saldo RRP mencapai $2,5 triliun — dana yang diparkir oleh lembaga keuangan besar, berfungsi seperti “penyangga” likuiditas. Namun kini, saldo itu hampir habis. Per Oktober 2025, tersisa hanya $5 miliar artinya sistem keuangan Amerika nyaris kehabisan darah segar.


Mengapa The Fed Harus Mengakhiri QT Sekarang 


Powell tahu persis apa yang sedang terjadi tanpa tambahan likuiditas, sistem keuangan akan menuju titik beku.


Uang fiat modern diciptakan dari utang (debt-based money). Dan karena setiap utang membawa bunga, sistem membutuhkan uang baru agar bisa membayar utang lama. Dengan kata lain: Tanpa pencetakan uang baru, seluruh piramida utang akan runtuh. Sektor publik dan swasta Amerika telah meminjam dalam skala besar selama lima tahun terakhir. Jika tidak ada likuiditas baru, akan terjadi credit freeze bank berhenti mempercayai kredit satu sama lain, seperti tahun 2008. Karena itu, meskipun Powell berdalih dengan alasan “pasar tenaga kerja melemah”, alasan sejatinya jauh lebih mendasar: The Fed tidak punya pilihan selain menghentikan QT dan memulai kembali pelonggaran moneter (easing).


Fiat System: Ponzi Terbesar dalam Sejarah


Sistem uang fiat sebagai “the greatest Ponzi ever” karena untuk menjaga stabilitasnya, sistem ini membutuhkan penciptaan uang baru secara konstan.


Selama uang diciptakan dari utang, sistem harus terus tumbuh. Ketika pertumbuhan berhenti, deflasi dan kebangkrutan akan melanda. Maka, pencetakan uang bukan pilihan, melainkan keharusan eksistensial. “They don’t care about you; without new money, the system itself would collapse.” Dan mungkin itu benar adanya.


Dari Long Winter Menuju Bright Cycle (2026–2032)


Dengan berakhirnya QT dan ekspektasi suku bunga menuju 2,7%, pasar tengah bersiap memasuki siklus pelonggaran moneter baru.


Selama tiga tahun “musim dingin”, bahkan tanpa QE baru, harga emas, Bitcoin, properti, dan saham AS tetap mencetak rekor tertinggi. Bayangkan apa yang akan terjadi saat The Fed mulai mencetak uang lagi.


“Assets are not overvalued; the dollar is overprinted.”


sebuah kalimat yang merangkum seluruh fenomena ini. Ketika dolar kehilangan nilai akibat oversupply, aset riil  yang tidak bisa dicetak akan kembali menjadi pelarian utama. Emas, Bitcoin, dan aset produktif akan memimpin bull cycle 2026–2032, seperti era 2009–2013 pasca-QE3.


Siklus yang Tak Pernah Berakhir


Sistem keuangan global dibangun di atas fondasi likuiditas dan kepercayaan.

Ketika kepercayaan menurun, hanya satu hal yang bisa menyelamatkan: lebih banyak uang.


Powell mungkin berbicara tentang lapangan kerja dan stabilitas harga, tapi inti kebijakannya tetap sama menjaga agar mesin keuangan tidak berhenti berputar.


Setelah 41 bulan “long winter”, kita tengah berdiri di ambang musim semi moneter baru.

Dan seperti siklus sebelumnya, mereka yang memahami arah uang akan berada di sisi yang benar dari sejarah.


“Don’t fight the Fed, follow the liquidity.”

Postingan populer dari blog ini

Membership Rikopedia

Selamat datang di halaman registrasi membership Rikopedia. Dengan join membership anda akan mendapatkan bimbingan trading saham dan update informasi yang berkualitas via group WhatsApp.  Kinerja Portofolio Rikopedia dan testimoni member klik  di sini Fasilitas membership detailnya sebagai berikut : Update info saham yang masuk dan keluar portofolio Rikopedia .  Update info saham secara teknikal, fundamental & analisa makro ekonomi. Update news, Sentimen, Trading plan, Money & risk management. Sharing strategy trading saham berdasarkan pengalaman Rikopedia sejak tahun 2008. Member bisa tanya langsung dengan Rikopedia lewat whatsapp. Masuk group WhatsApp premium. Biaya membership Rp. 500,000/ Bulan. Bagi anda yang berminat join membership dapat melakukan transfer ke rekening di bawah ini: 1. Bank Mandiri 1440013474108 Rikosiwi sandi Saputro. 2. Bank BCA 7915239226 Rikosiwi sandi Saputro. Membership akan terhitung dari mulai tanggal konfirmasi p...

Portofolio Rikopedia dan Testimoni Member

Screenshot salah satu portofolio Rikopedia dengan modal awal 500 juta Kinerja Tahun 2018 Kinerja Tahun 2019 Januari February Maret April Mei Juni July  Agustus  September Oktober November  Desember Kinerja Tahun 2020 Tanggal 11 Mei akumulasi BBRI 2250 lot harga 2630 Trading SCMA 27-28 Mei 2020  Tanggal 4 Juni 2020 profit 36 juta dari BBNI Profit 68 Juta dari saham BBNI Profit 37 juta dari saham ELSA Profit 40 juta tanggal 19 Juni 2020  Profit 61 Juta tanggal 3 July 2020                                      Tanggal 19 Oktober 2020 Rikopedia beli BSDE 18361 lot November 2020 Desember 2020 Kinerja Tahun 2021 Januari 2021 Trading ELSA 27 Januari 2021 Bulan February profit 268 juta Bul...