Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Isu Merger GoTo–Grab Muncul Lagi: Valuasi GoTo Dinilai Menarik

Kabar mengenai potensi merger antara GoTo Gojek Tokopedia (GOTO IJ) dan Grab Holdings (GRAB US) kembali mencuat setelah pernyataan resmi dari Istana. Pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa pembicaraan awal antara kedua raksasa teknologi Asia Tenggara ini telah dimulai dan memastikan bahwa sektor ride-hailing tetap dipandang strategis bagi penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah: Merger Tidak Akan Ganggu Operasional Juru bicara Presiden menyampaikan bahwa merger potensial ini tidak akan mengganggu operasi perusahaan , melainkan diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan memperkuat daya saing digital Indonesia di kawasan. Pemerintah juga menegaskan bahwa perusahaan investasi nasional Danantara dapat terlibat dalam skema merger tersebut, mengingat besarnya potensi sinergi dan nilai ekonomi yang dapat dihasilkan. Sebagai referensi, Telkom Indonesia (TLKM IJ) dan anak usahanya Telkomsel memiliki investasi sekitar Rp6,4 triliun di GoTo dengan harga r...

MDKA Catat Kinerja Kuat di Kuartal III 2025, Didukung Segmen Nikel

Performa operasional Merdeka Copper Gold (MDKA IJ) pada kuartal III 2025 menunjukkan ketahanan yang luar biasa, terutama berkat kontribusi dari anak usaha nikel, Merdeka Battery Materials (MBMA IJ) . MDKAmencatat peningkatan volume penjualan, efisiensi biaya, serta progres konstruksi proyek emas Pani yang tetap sesuai jadwal. Volume Penjualan Emas Naik 30% QoQ Produksi emas MDKA mencapai 29,6 ribu oz pada 3Q25, naik 30% dibanding kuartal sebelumnya . Harga jual rata-rata emas (ASP) juga naik 2% QoQ menjadi US$3.275/oz , didorong tren harga global yang masih tinggi. Kinerja Nikel MBMA Tetap Tangguh Anak usaha nikel, MBMA, mencatat:  Volume NPI (Nickel Pig Iron) naik 18% QoQ menjadi 19,819 ton nikel setara ,  Volume saprolite ore naik 12% QoQ ,  Volume limonite ore naik 30% QoQ , Sementara biaya tunai (cash cost) turun 7% QoQ menjadi US$9.1k/tNi , menandakan efisiensi operasional signifikan.  Harga jual NPI tetap stabil di sekitar US$11.3k/tNi , dengan ...

Nikel Lampaui Batu Bara: Ekspor Indonesia Catat Rekor Baru di Kuartal III 2025

Kinerja ekspor Indonesia pada Q3 2025 menunjukkan pergeseran besar dalam peta komoditas nasional. Ekspor nikel melonjak tajam dan kini menjadi penyumbang devisa terbesar dari sektor mineral dan logam , menyalip batu bara yang selama ini mendominasi. Nikel Jadi Bintang Utama Total ekspor produk nikel (termasuk stainless steel) mencapai US$25,5 miliar sepanjang Januari–September 2025, naik 21,5% YoY , dengan volume 1,82 juta ton setara nikel (+19,5% YoY). Pada kuartal III saja, nilai ekspor nikel menyentuh US$9 miliar , setara 12% dari total ekspor Indonesia , sekaligus rekor tertinggi dalam sejarah. Indonesia kini menyumbang 66% pasokan nikel global , memperkuat posisinya sebagai pemain dominan dalam rantai pasok logam baterai dunia. Pertumbuhan paling tinggi berasal dari: Nickel Pig Iron (NPI) : naik 27% YoY menjadi 685 ribu ton. Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) : naik 42% YoY menjadi 1,5 juta ton — bahan penting untuk produksi baterai kendaraan listrik. Sebaliknya, ekspor nick...

Base Metals Rally: Ketika Faktor Makro Mengalahkan Fundamental

Meski pasar logam dasar masih diwarnai ketidakpastian, momentum makroekonomi global justru menjadi penggerak utama harga komoditas. Harga logam—terutama tembaga, aluminium, dan seng—lebih dipengaruhi oleh sentimen kebijakan dan kondisi makro ketimbang dinamika pasokan dan permintaan. Geopolitik dan Kebijakan AS Jadi Penentu Kabar positif datang dari penundaan ekspor kontrol AS–China selama setahun. Meski reaksi pasar minim, langkah ini mengurangi risiko geopolitik dan memberi dorongan positif pada harga komoditas. Selain itu, Mahkamah Agung AS tengah meninjau legalitas tarif era Trump. Jika tarif dibatalkan, dolar AS berpotensi melemah—yang biasanya menjadi katalis kenaikan harga logam dasar. Namun, Trump masih memiliki sejumlah opsi hukum untuk melindungi industri dalam negeri, sehingga ketidakpastian tetap tinggi. Tembaga: Terbang Karena Harapan, Turun Karena Powell Harga tembaga sempat menembus rekor tertinggi pada akhir Oktober 2025 di tengah ekspektasi penurunan suku bun...

Danantara Masuk ke Bisnis Ayam & Telur

Sektor unggas nasional tengah menjadi sorotan setelah rencana investasi besar dari Danantara Group yang siap menggelontorkan Rp20 triliun untuk proyek peternakan ayam dan telur terintegrasi mulai Januari 2026 . Langkah ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mendukung program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) . Investasi Jumbo untuk Kemandirian Pangan Proyek raksasa ini disebut akan terintegrasi dari hulu ke hilir — mulai dari pakan, pembibitan, hingga distribusi produk ayam dan telur. Meski demikian, kami menilai bahwa realisasi penuh proyek ini akan memakan waktu sekitar dua tahun , mengingat kompleksitas sistem integrasi yang direncanakan. Jika berhasil, Danantara berpotensi menjadi kompetitor baru bagi pemain besar seperti Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) , Japfa Comfeed (JPFA) , dan Malindo Feedmill (MAIN) . Namun, kami juga mengingatkan skenario ini bisa mirip dengan proyek Berdikari pada 2018 , yang berjalan lambat karena kendala implementasi....

Merdeka Copper Gold: Performa Q3 2025 Melonjak, Didukung Kenaikan Harga dan Volume Produksi

Emiten tambang terdiversifikasi Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan kinerja operasional yang kuat pada kuartal III-2025. Pendapatan perusahaan mencapai US$443 juta, naik 26% secara kuartalan (QoQ), ditopang oleh semua lini bisnis termasuk nikel, emas, dan tembaga. Pertumbuhan Solid di Semua Segmen Selama sembilan bulan pertama 2025, MDKA berhasil membukukan pendapatan US$1,3 miliar atau melonjak 229% dibanding periode yang sama tahun lalu.  Kinerja cemerlang ini didorong oleh kombinasi kenaikan harga komoditas global dan volume produksi yang meningkat, terutama dari lini nikel yang mulai memberikan kontribusi signifikan. Kami memproyeksikan kontribusi unit bisnis Merdeka Battery Materials (MBMA) akan semakin besar di Q4 2025 seiring beroperasinya kembali tambang high-grade nickel. Segmen Emas: Volume dan Harga Naik Serempak Produksi emas tumbuh +30% QoQ menjadi 29,6 ribu ons, dengan tambahan output sekitar 25,3 ribu ons dari kuartal sebelumnya. Harga jual rata-rata (...

Sinyal Awal Pemulihan Earnings di 3Q25

Musim laporan keuangan kuartal ketiga 2025 (3Q25) menghadirkan kabar yang cukup menggembirakan bagi pasar saham Indonesia. Setelah beberapa kuartal lesu, kami mencatat adanya perbaikan tren earnings yang mulai terlihat. Secara agregat, laba emiten Indonesia memang masih terkontraksi 5% YoY , namun angka ini jauh lebih baik dibandingkan penurunan -11% pada kuartal sebelumnya . Dengan dukungan likuiditas tinggi, stimulus fiskal, serta potensi kenaikan permintaan menjelang tahun 2026, sinyal pemulihan mulai terbentuk. Sinyal Positif dari 3Q25 Pasar kini memasuki fase transisi menuju pertumbuhan kembali. Beberapa faktor utama yang menjadi penopang di kuartal ini meliputi: 1.  Stimulus fiskal dan moneter  – Pemerintah menempatkan dana SAL sekitar  Rp200 triliun di bank BUMN , menambah likuiditas sistem keuangan. 2.  Pemulihan aktivitas industri  – Indeks manufaktur (PMI) menunjukkan ekspansi selama  tiga bulan berturut-turut , pertanda perbaikan output pabrik d...

Chart Indexs LQ45 Breakout

  Setelah 5 bulan sideways akhirnya indeks LQ45 breakout dan masuk fase uptrend lagi. Saham bluechip mengejar ketertinggalan jelang tutup tahun. Antisipasi ritual window dressing dan Januari effect. Rotasi dari obligasi ke pasar saham menjadi tema utama Q4 2025 – Q1 2026.

Euforia AI Mulai Retak: Bank of America Peringatkan Tekanan Darah Tinggi di Pasar

Ketika euforia pasar masih menari di atas nama Artificial Intelligence , Bank of America menyebut kondisi keuangan global kini sedang mengalami “ Hypertension ” tekanan darah tinggi di pasar modal. Semuanya terlihat normal di luar: saham-saham AI mencetak rekor, Nasdaq masih kuat, dan imajinasi investor masih dipenuhi narasi masa depan digital. Namun di bawah permukaan, tekanan likuiditas mulai meningkat, aliran kas menyempit, dan tanda-tanda awal gelembung mulai muncul. AI Supercycle: Antara Inovasi dan Ketamakan Spread obligasi korporasi raksasa teknologi — Amazon, Microsoft, Meta, Google, dan Oracle — mulai melebar. Artinya? Investor mulai menuntut premi risiko lebih tinggi untuk memegang utang perusahaan yang selama ini dianggap “tak terkalahkan”. Perusahaan-perusahaan besar ini sedang memasuki AI arms race perlombaan membangun pusat data, chip, dan infrastruktur AI bernilai ratusan miliar dolar. Namun masalahnya, cash flow tak lagi cukup menutupi capex. Dalam 7 minggu...