Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Danantara: Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026–2027

Danantara  sebagai  thematic key driver  yang dapat menjadi  “swing factor”  bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 2–3 tahun ke depan. Dengan kata lain,  Danantara bisa menjadi katalis yang mengubah arah ekonomi nasional —bukan hanya melalui proyek investasi, tetapi juga melalui reformasi BUMN, efisiensi fiskal, dan arus pembiayaan global. Berikut analisa lengkapnya. 1. Modal Besar yang Selama Ini “Mengendap”, Siap Bergerak di 2026 Pada tahun 2025, sekitar  USD 5 miliar dividen BUMN  tidak masuk ke Kementerian Keuangan, tetapi ditampung oleh Danantara. Kondisi ini, ditambah lemahnya penerimaan pajak, membuat ruang fiskal pemerintah semakin sempit. Namun efek sampingnya:  Likuiditas besar menumpuk di neraca Danantara , menunggu saat untuk dialokasikan. Kami memperkirakan bahwa pada  2026 , Danantara akhirnya akan mulai  menyalurkan modal dalam jumlah besar , mencapai: USD 12–15 miliar yang berasal dari: Dividen BUMN 2025 Penjualan...

2026: Tahun Pivot Asia – Saatnya Melihat Lebih dari Sekadar AI

Selama dua tahun terakhir, pasar saham Asia dipenuhi narasi “AI adalah segalanya”. Dari Taiwan hingga Korea, euforia AI mendorong valuasi melonjak dan membuat investor global menumpuk posisi di sedikit nama besar—bahkan rata-rata portofolio Asia memiliki  10% hanya di satu saham: TSMC . Namun menurut Rikopedia tahun 2026 justru menjadi titik balik:  rotasi keluar dari crowded trades AI dan masuk ke pasar yang undervalued seperti India dan Indonesia .  AI: Antara peluang besar & tanda-tanda kejenuhan Euforia AI memiliki kemiripan dengan  dot-com boom  tahun 2000. Grafik di atas menunjukkan bahwa rally AI Asia saat ini mirip dengan pola Nasdaq saat puncak gelembung teknologi. Perbedaannya? Perusahaan AI sekarang lebih matang dan profitabel—TSMC, NVIDIA, Hynix bukanlah eToys. Namun tetap saja,  ruang untuk menambah posisi sudah sangat sempit . Banyak fund manager sudah overweight maksimal.  Di saat yang sama, hanya  3% konsumen global yang membay...

APBN 2026: Belanja Populis Rp712,4 Triliun Jadi Mesin Baru Pemulihan Konsumsi

Memasuki 2026, pemerintah Indonesia menyiapkan strategi fiskal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Setelah periode belanja yang relatif konservatif, APBN 2026 hadir dengan komitmen besar untuk  mengangkat daya beli masyarakat  dan memulihkan konsumsi rumah tangga—komponen terbesar dalam PDB Indonesia. Tiga program inti menjadi pusat kebijakan populis 2026, dengan total alokasi mencapai: Free Nutritious Meal : Rp335 triliun Social Assistance : Rp167,4 triliun Energy Subsidy : Rp210 triliun ⭐  Total Belanja Populis 2026: Rp712,4 triliun Ini adalah salah satu skala stimulus fiskal terbesar dalam sejarah Indonesia modern. 1. Free Nutritious Meal — Rp335 Triliun Program makan bergizi ini akan mencapai  82,9 juta penerima , mencakup: Pelajar SD–SMA Ibu hamil Lansia dan kelompok rentan Selain bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan, program ini memiliki dampak ekonomi langsung: 📌 Efek ekonomi: Meningkatkan permintaan makanan, minuman, dan produk consumer staples Me...

LQ45 Murah Seperti Saat COVID & GFC

Selama satu dekade terakhir, pasar saham Indonesia mengalami tren yang kurang bersahabat: valuasi yang terus tertekan, ROE yang menurun, dan efisiensi perusahaan yang stagnan.  Kita sedang memasuki fase yang disebut  “TSR Improvement Narrative” , yaitu kondisi ketika valuasi murah bertemu momentum perbaikan kinerja perusahaan. Ini kombinasi langka yang biasanya memicu  rally besar 6–12 bulan ke depan . Berikut penjelasan lengkapnya. 1. Kenapa Indonesia Siap Mengalami Value Unlocking? Selama 10–15 tahun terakhir: PBV saham Indonesia terus menurun ROE emiten turun Banyak perusahaan berada dalam kondisi  net cash ROE lebih rendah dari cost of equity (COE) Dengan kata lain, perusahaan Indonesia kurang efisien dalam mengelola modal. Tapi justru dari ketidakefisienan inilah muncul  ruang besar untuk perbaikan . Ketika valuasi rendah dan ROE mulai membaik, biasanya pasar mengalami  re-rating  atau kenaikan valuasi signifikan. Dan sekarang kondisinya sudah sem...

Ketika Bad News Jadi Good News: Fed Dipaksa Turun Bunga!

  Bad news is good news ‼️ Tenaga kerja sektor swasta AS berkurang 32.000 pada November angkanya jauh di bawah konsensus. ADP Nonfarm adalah indikator awal kondisi pasar tenaga kerja Amerika. Penurunan -32K berarti Sektor swasta AS mulai melemah. Meningkatkan peluang The Fed memotong suku bunga lebih cepat. The Fed estimasi bakal memotong suku bunga di bulan Desember meskipun inflasi belum turun menuju target, karena pasar tenaga kerja mulai rapuh. Pasar yakin 89 % Fed cut Desember.

Nickel Indonesia 2026–2027: Oversupply Mengancam, Tapi Growth Story Tetap Kuat

Meskipun harga nikel global terlihat lesu dan tekanan oversupply terus membayangi, cerita pertumbuhan sektor nikel Indonesia ternyata  belum selesai . Justru, data terbaru menunjukkan bahwa  arus pergeseran ke produk bernilai tambah dan ekspansi kapasitas  membuat Indonesia tetap menjadi pusat gravitasi industri nikel dunia. Mari kita bedah ceritanya secara jelas, ringkas, dan tajam. 1. Harga Nikel Global: Tetap Lemah, Oversupply Berlanjut Harga LME Nickel kembali jatuh ke bawah  USD 15.000/ton , sementara stok global melonjak ke level tertinggi dalam 5 tahun—mencapai  300 kt . 70% dari stok LME bahkan berasal dari China, menunjukkan betapa besar tekanan suplai dari Negeri Tirai Bambu.  Proyeksi untuk 2026–2027:  Harga nikel akan stabil di kisaran  USD 14.500–15.000/ton . Faktor utamanya: Permintaan stainless steel China yang masih lemah Kenaikan stok di LME dan SHFE Surplus global yang diperkirakan mencapai  165–261 kt Ni 2. Divergensi Harga...

The Real Edge in Trading: Kecepatan Membaca Informasi, Bukan Indikator

Di dunia trading dan investasi modern,  edge bukan lagi sekadar analisis teknikal atau fundamental tetapi kecepatan dan kualitas informasi . Semakin cepat kita memahami perubahan data, sentimen, dan aliran modal, semakin besar peluang kita berada di sisi yang benar dari pasar. Mayoritas investor gagal bukan karena tidak mampu membaca chart atau tidak mengerti valuasi, tetapi karena: Terlambat mendapatkan informasi penting Saat sebuah data sudah viral, biasanya big players sudah masuk atau keluar jauh lebih dulu. Mengonsumsi informasi dangkal Banyak orang hanya membaca headline, bukan data inti yang sebenarnya menggerakkan harga. Tidak tahu informasi apa yang benar-benar relevan Dalam pasar yang penuh noise, keahlian terbesar adalah memilah mana yang “signal” dan mana yang hanya suara kosong. Tidak punya akses ke sumber data premium Smart money bergerak berdasarkan riset, data real-time, dan insight tingkat institusi—bukan rumor atau berita mainstream. Pada akhirnya,  informasi...

Dividend Play: Saham Pembagi Dividen Lebih Tinggi dari Obligasi 10 Tahun

Jika yield obligasi Indonesia 10Y sekitar 6.5–7%, maka saham-saham berikut  mengalahkan return risk-free , dengan dividen > ID10Y.  Komoditas mendominasi daftar  karena cash-flow besar dan payout tinggi.  Big banks  dividen lebih stabil. Ketika pasar saham bergerak naik-turun mengikuti sentimen global, satu hal yang tetap konsisten memberikan kepastian bagi investor:  dividen . Data di atas menunjukkan bahwa  2026 berpotensi menjadi salah satu tahun paling menarik untuk strategi dividend investing , terutama karena semakin banyak saham Indonesia yang memberikan  dividend yield   lebih tinggi daripada obligasi pemerintah tenor 10 tahun (ID10Y) . Dengan kata lain: 📌  Return dividen = lebih besar dari return “risk-free”. 📌  Income investor akan sangat diuntungkan. Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun (ID10Y) berada di kisaran  6.5–7% . Daftar saham di atas yang  dividend yield-nya melampaui angka tersebut —dan jumlahn...

This Is Not Burry’s or Buffett’s World Lagi: Era Baru Pasar Modal yang Tidak Punya “Mean”

“This is not Burry’s or Buffett’s World.” menggambarkan bahwa dunia yang pernah “dimenangkan” oleh value investor seperti Warren Buffett atau deep-value contrarian seperti Michael Burry  sudah hilang . Dan kuncinya bukan karena investor berubah bodoh. Tapi karena  strukturnya  yang berubah. 1. Kapital Berlimpah: Dunia Tidak Lagi Kekurangan Modal Sejak akhir 1980-an, terutama setelah krisis 2008,  money supply tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan GDP . Saat ini, “awan finansial” (cloud of finance) berukuran  6–10 kali lebih besar  dari ekonomi riil.  Artinya: Uang terlalu banyak mengejar aset yang sama Sinyal pasar rusak Aset yang “harusnya murah” bisa tetap mahal Value investing kehilangan akarnya Dalam dunia yang kelebihan modal,  aturan kelangkaan (scarcity) hilang , sehingga harga tidak lagi mengikuti logika klasik supply–demand. 2. Bank Sentral Dipaksa Melakukan Hal-hal Tidak Konvensional Kelebihan modal menciptakan fragilitas baru. Akibatnya ...

Ketika yang “Fake” Menjadi Nyata & yang “Real” Terlihat Palsu

Tahun 2026 diproyeksikan sebagai tahun paling paradoks dalam satu dekade terakhir. Ekonomi global berada pada persimpangan unik:  “the best and the worst of times,”  sebuah fase di mana apa yang selama ini dianggap  palsu  menjadi penggerak utama ekonomi, sementara yang  riil  justru kehilangan relevansi. 1. Dunia Berada dalam Era Distorsi: “Fake Turns Real, Real Turns Fake” Fenomena ini muncul karena: 1) Kapitalisasi teknologi & AI tumbuh melampaui ekonomi riil Hyperscalers menunjukkan belanja capex + R&D perusahaan teknologi besar mencapai rekor baru (US$120–160 miliar) dan menyerap hingga  40–45% pendapatan  mereka. Teknologi bukan lagi “sektor,” tetapi  infrastruktur ekonomi . 2) Crypto dan digital asset menjadi bagian dari stabilitas finansial Padahal esensinya bukan aset produktif. Namun grafik market cap crypto menunjukkan kelas aset ini telah menjadi  mainstream liquidity driver . Dunia sekarang bergantung pada aset yang ...

Kenapa Belum Krisis? Jawabannya Satu Penyebabnya Likuiditas Masih Super Longgar

 “Excess liquidity is what contains vols and prevents any meaningful correction.” Bank sentral global masih menyisakan likuiditas besar QT (pengetatan neraca) akan berhenti Ada potensi  moderate rate cuts  hingga 2026 AI boom menciptakan “economic cushion” yang meredam perlambatan Maknanya:  pasar masih punya bantalan likuiditas tebal  untuk menyerap guncangan. Namun Ada Risiko Besar yang Diam-Diam Mengintai… Jika pemerintah membuat kesalahan fatal Jika volatilitas politik memuncak Jika crypto jatuh lebih dalam Jika pasar mulai meragukan likuiditas bank sentral Maka  bubble aset bisa pecah serentak . Tetapi dunia saat ini adalah  asset-based world . Mereka tidak “mengizinkan” harga aset jatuh terlalu dalam — karena efek domino terhadap: kredit perbankan konsumsi investasi kepercayaan publik Karena itu, bank sentral cenderung intervensi untuk menjaga stabilitas pasar. Crypto Crash US$1 Triliun: Sumber Guncangan Terbesar ( Global Crypto Market Cap Down ~...