Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Kenapa IHSG Bisa Tembus 8.000?

Ada empat pendorong utama IHSG sentuh 8000 dan kembalinya minat asing ke Indonesia: 1.  Ekspektasi Fed Rate Cut  – Data ekonomi AS melemah, inflasi melunak, pasar kini memproyeksikan hingga  3 kali pemangkasan suku bunga Fed di 2025 . 2.  Kinerja Emiten 2Q25 Lebih Baik dari Perkiraan  – Dari 60 emiten yang sudah rilis, laba masih tertekan -5% YoY, tapi jauh lebih baik dari ekspektasi. GDP juga tumbuh di atas perkiraan. 3.  Permintaan Obligasi Tinggi  – Obligasi pemerintah laris dengan bid-to-cover ratio 5x, yield 10 tahun turun di bawah 6,4%. 4.  MSCI Rebalancing  – Potensi masuknya saham DSSA dan CUAN bisa membawa inflow hampir USD 1 miliar ke bursa. Valuasi IHSG masih murah P/E IHSG saat ini 13,9x murah dibandingkan valuasi saham negara tetangga, Namun jika memasukkan “liquidity-driven stocks” seperti DSSA TPIA DCII BRPT & CDIA , valuasi naik ke 17,6x lebih mahal. Tanpa saham konglo IHSG sebenarnya masih di level 72xx Kami melihat sejum...

Yield Curve Control

  Bank of America (BofA) : 54% responden Fund Manager Survey (FMS) yakin The Fed berikutnya akan gunakan QE atau YCC untuk mengurangi beban utang AS. Utang AS kan sudah tinggi sekali ya sudah sentuh US$ 37T jika yield obligasi tidak dibuat rendah sama The Fed, AS bisa tekor buat bayar bunga utang. Bagaimana caranya The Fed mengontrol yield tetap rendah(Yield Curve Control) ? YCC (Yield Curve Control) = The Fed “menahan” bunga obligasi pemerintah AS supaya tidak naik terlalu tinggi caranya dengan mencetak uang / beli obligasi besar-besaran. Kalau supply uang dolar ditambah (karena Fed cetak uang buat beli obligasi) Nilai dolar relatif turun (karena makin banyak beredar). Michael Hartnett dari BofA menyarankan investor menaikkan alokasi ke emas dan crypto. Jika USD index Jatuh ke bawah 90 bisa menandai era baru USD lemah → bullish emas, crypto, EM assets. BRMS : Top gold hedge againts debt & currency risks

Kepemilikan ETF Emas Terus Naik

Pada tahun 2020, saat volatilitas tinggi akibat pandemi COVID-19, indikator VIX atau  fear index meningkat dan kepemilikan emas melalui ETF juga ikut naik. Namun, kondisi saat ini menunjukkan hal yang berbeda ada keanehan dibandingkan pola sebelumnya.  Apa yang aneh?? Di tahun 2025 VIX or indeks volatilitas masih rendah tapi kepemilikan ETF emas terus naik. Bahasa sederhananya kepemilikan emas cenderung naik saat volatilitas tinggi. Tapi sekarang volatilitas rendah kok bisa kepemilikan ETF emas terus naik? Kondisi saat ini bisa ditafsirkan sebagai front-running : investor mempersiapkan diri untuk potensi guncangan pasar sebelum benar-benar terjadi.

Sektor Dengan Pertumbuhan Paling Tinggi

Secara QoQ sektor dengan persentase pertumbuhan net profit paling tinggi adalah sektor  Technology, Gold & Property Dibandingkan negara tetangga EPS growth indonesia paling rendah ya. Penyebab dana asing belum agresif masuk Indonesia karena belum ada story growth yang bagus. P/E IHSG saat ini 13,9x murah dibandingkan valuasi saham negara tetangga, Namun jika memasukkan “liquidity-driven stocks” seperti DSSA TPIA DCII BRPT & CDIA , valuasi naik ke 17,6x lebih mahal. Tanpa saham konglo IHSG sebenarnya masih di level 72xx

The Fed cut menjadi turning point untuk EM

  The Fed cut menjadi turning point untuk EM. Jangka pendek (0–3 bulan setelah The Fed cut): Emerging market sideways. Jangka menengah (6–12 bulan): EM cenderung outperform lebih kuat dari DM, terutama di negara dengan valuasi murah dan sensitif terhadap arus modal asing (contoh: Indonesia, India, Brasil). Probabilitas 90% The Fed akan memangkas suku bunga September 2025. Proyeksi JP Morgan Fed Funds Rate akan terus turun bertahap ke level 3,5% pada pertengahan 2026 (dari 4,5% saat ini). Saham sektor property akan diuntungkan siklus pemangkasan suku bunga

IHSG Ditopang Saham Konglo

  Tanpa ditopang saham konglo angka IHSG sebenarnya masih di level 72xx. Angka IHSG dipaksa naik ke 8000 dipoles pakai DSSA TPIA DCII BRPT CDIA

Bond Yield Turun Saham Naik

  Teori Intermarket Analysis yang populer dari John Murphy , pergerakan bond yield dan pasar saham sering kali berlawanan arah.  Bond yield tembus ke bawah 6.5%, rotasi ke pasar saham bisa semakin cepat.  Saat yield obligasi turun, investor akan mencari alternatif return yang lebih tinggi di saham, sehingga aliran dana potensi masuk pasar saham. Dalam model valuasi (misal DCF atau CAPM), yield obligasi pemerintah dipakai sebagai risk-free rate. 👉🏻Yield obligasi naik → risk-free rate naik → valuasi wajar saham turun. 👉🏻Yield obligasi turun → valuasi wajar saham naik. Saat yield turun, berarti risk-free rate juga turun, discount rate yang dipakai untuk menghitung nilai sekarang ( present value ) arus kas perusahaan menjadi lebih rendah. Hasilnya valuasi saham ( fair value ) naik. yield rendah sering diikuti suku bunga pinjaman yang lebih murah , sehingga Perusahaan bisa meminjam dana untuk ekspansi dengan bunga lebih rendah. Saat yield turun spread antara return o...

Chart Pattern & Konsensus Target Price Saham CTRA

  Katalis positif saham sektor property  Penguatan Rupiah potensi kembali ke level 15 ribuan Siklus pemangkasan suku bunga. Para ekonom memperkirakan BI akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin lagi pada tahun ini. Dengan demikian suku bunga akan mencapai 4,75% di akhir tahun. Valuasi sektor property murah. Sektor properti Indonesia dinilai memiliki valuasi terlalu murah. Bahkan harga saham emiten properti dinilai sudah terdiskon terlalu murah secara historis terbesar terhadap nilai wajar (RNAV). Perpanjangan PPN 0% untuk properti < Rp5 miliar masih menjadi katalis positif sektor properti di 2H25, terutama bagi pengembang dengan stok besar di segmen Rp1–5 miliar dan lokasi yang beragam. CTRA diposisikan sebagai pemenang Konsensus target saham CTRA. Target saham CTRA kisaran 1300-1600.  Chart pattern saham property. Saham CTRA membentuk pattern cup and handle sudah konfirmasi tembus neckline 1040. Target dari pattern cup and handle di level 1420....

Katalis Positif Saham Property

  KATALIS SAHAM PROPERTI • Sektor properti Indonesia dinilai memiliki valuasi terlalu murah. Bahkan harga saham emiten properti dinilai sudah terdiskon terlalu murah secara historis terbesar terhadap nilai wajar (RNAV). • Penurunan suku bunga dan kondisi fundamental yang tetap solid menjadi pendorong optimisme terhadap sektor Properti. Prospek emiten properti membaik karena imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun saat ini berada di level 6.4%. Posisi imbal hasil obligasi 10 tahun tersebut jauh di bawah posisi 2019. Sementara suku bunga acuan Bank Indonesia masih berada di level 5,25%. • Para ekonom memperkirakan BI akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin lagi pada tahun ini. Dengan demikian suku bunga akan mencapai 4,75% di akhir tahun. • Secara historis, harga saham sektor properti menunjukkan korelasi negatif yang kuat terhadap suku bunga. Namun saat ini, meski kinerja penjualan dan laba perusahaan terus mencatatkan rekor baru, harga saham masih tertahan jauh di bawah le...

Momentum Saham Property

  Chart sektor property momentum naiknya kuat ya. Saham property banyak yang mulai uptrend seperti saham CTRA SMRA. 

Bobot Indonesia di MSCI Naik Membuat Peluang IHSG ke 8000 Semakin Besar

  REMINDER Post the rebalancing which will take place at the closing of 26th Aug 2025, proforma weight of Indonesia in the MSCI EM Index will be at 1.28% vs current 1.15%. Bobot Indonesia di MSCI naik bakal enteng IHSG terbang ke 8000

Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed Semakin Besar

Keluar good news baru lagi : Data inflasi CPI AS yang lebih rendah dari konsensus meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada bulan depan. Probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed di bulan September sangat tinggi ya mencapai 93.4%. Momentum IHSG sedang bagus banget. Good news datang bertubi2.  Skenario optimis IHSG TP 8000. 90% probabilitas pemotongan 25 bps di September dipandang sebagai langkah simbolik awal menuju siklus money printing besar berikutnya.  Pemotongan suku bunga di tengah inflasi yang belum sepenuhnya jinak bisa menghidupkan kembali commodity supercycle.  

Rebalancing MSCI Membuat Dana Asing Kembali Masuk ke Saham BBRI

  Perhatikan data di atas dampak rebalancing MSCI potensi memicu inflow dana asing ke saham BBRI senilai US$14.32 juta .  Perhatikan chart di atas terlihat dana asing mulai masuk saham BBRI meskipun belum agresif. Secara potensi membentuk pattern double bottom (W-Pattern).  Apa yang menarik dari saham BBRI? Dividen BBRI : Estimasi DPS FY25 sebesar Rp352 (+3% YoY) dengan payout ratio 95% → dividend yield 9,5% (sangat menarik dibanding obligasi pemerintah tenor pendek <6%). Laba : FY25 diproyeksikan turun 7,1% YoY, tapi tumbuh 8,9% di 2026–2027. BBRI sebagai saham dividend play yang menarik di tengah tren penurunan suku bunga BI. Yield dividen 9,5% dengan payout ratio tinggi jauh mengungguli imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek. Strategi transformasi funding diharapkan mengembalikan pangsa pasar tabungan/giro dan memperkuat basis pendanaan murah, yang krusial untuk mempertahankan NIM. Secara valuasi, target PBV 2,0x mencerminkan potensi re-rating jika strat...

Wacana Revaluasi Emas Oleh The Fed

  The Fed mengeluarkan catatan tentang gold revaluasi emas pada 1 Agustus 2025. Saat ini AS masih menilai cadangan emasnya di harga $42 , jauh di bawah harga pasar yang mencapai $3.400 . Selisih nilai ini menciptakan gap potensial lebih dari $750 miliar . Valuation gains bisa dipindahkan dari neraca aset ke akun kas pemerintah di The Fed. Ini seperti memindahkan “nilai kertas” menjadi “uang siap pakai” di rekening pemerintah. Dengan utang publik AS mendekati $37 triliun dan harga emas naik 40% YoY , wacana ini terlihat sebagai opsi strategis untuk menambah likuiditas. Perumpamaannya kamu punya rumah yang di catatan bank nilainya Rp100 juta, padahal harga pasarnya Rp3 miliar.  Begitu bank resmi menilai rumahmu Rp3 miliar, kamu bisa meminjam atau menarik dana berdasarkan selisih nilai itu. Kamu dapat uang tunai untuk dipakai tanpa harus menjual rumah dan tanpa harus menambah gaji ( tanpa pajak ), dan tanpa berutang baru (karena sumbernya dari kenaikan nilai aset). Secara tek...