Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Optimisme Baru untuk Pasar Negara Berkembang (EM) di Paruh Kedua 2025

  J.P. Morgan secara tegas mengulangi pandangannya yang bullish terhadap ekuitas pasar negara berkembang (EM) . Setelah bertahun-tahun berada di bawah bayang-bayang negara maju (DM), kini pasar EM menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang nyata. 5 Alasan Utama Mengapa EM Kini Jadi Primadona: 1.  Valuasi Menarik dan Posisi Investor Masih Ringan Selama lebih dari satu dekade, EM mengalami keterpurukan dan kurang diminati investor global, khususnya China. Namun, saat ini EM diperdagangkan pada valuasi jauh lebih rendah dibandingkan DM (13x vs 20x forward P/E). Ini menciptakan peluang menarik bagi investor yang mencari pertumbuhan dengan harga murah. 2.  Pelemahan Dolar AS Mendukung Pasar EM Dolar AS telah melemah sekitar 10% sepanjang tahun berjalan, dan analis J.P. Morgan memperkirakan tren ini akan berlanjut. Dalam sejarahnya, EM selalu berkinerja lebih baik saat dolar dalam tren turun karena biaya modal menjadi lebih murah dan arus modal masuk lebih deras. 3.  Prospek...

BBCA Tunjukkan Ketahanan di Semester I 2025: Tumbuh Positif di Tengah Tekanan

Di tengah tantangan ekonomi global dan domestik, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan performa yang tetap solid sepanjang semester pertama 2025. Kami menyoroti bagaimana bank swasta terbesar di Indonesia ini berhasil mencatat pertumbuhan laba dan menjaga kualitas aset, meskipun berhadapan dengan tekanan suku bunga tinggi dan moderasi kredit. 1. Laba Bersih Naik 12% YoY, Sesuai Ekspektasi BBCA mencatatkan laba bersih Rp25,8 triliun per akhir Juni 2025, tumbuh 12% secara tahunan (YoY). Pencapaian ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan RHB sendiri, yang menargetkan pertumbuhan laba 11,8% untuk tahun penuh. Faktor pendorong utama :  Pertumbuhan kredit  sebesar 11,5% YoY,  Kenaikan pendapatan bunga bersih  sebesar 13,8% YoY,  Net Interest Margin (NIM)  tetap stabil di 5,3% 2. Kredit Konsumer dan Komersial Jadi Motor Utama Kinerja pinjaman BBCA cukup merata, dengan segmen  konsumer tumbuh 13,2%  dan  komersial tumbuh 13,9% YoY , menunjukkan...

Midyear Outlook Ekonomi Indonesia Tahun 2025: Antara Peluang dan Tantangan

Pertengahan tahun 2025 menjadi titik refleksi penting bagi arah perekonomian Indonesia. Kami menggambarkan kondisi ekonomi yang sarat dinamika dari pelemahan momentum pertumbuhan, reformasi fiskal, hingga strategi menghadapi tekanan eksternal. Berikut adalah ringkasan utama: 1. Pertumbuhan Ekonomi Melemah, Tapi Stabil Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh di kisaran 4,7–5,0% pada 2025, sedikit lebih rendah dari target awal 5,1–5,5%. Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor penggerak utama, meskipun menghadapi tekanan dari pelemahan pasar kerja formal dan lemahnya pertumbuhan gaji. Indeks keyakinan konsumen pun menunjukkan tren menurun sejak awal 2025. 2. Investasi Tertekan, Menunggu Pulihnya Kepercayaan Bisnis Pertumbuhan investasi, terutama di sektor konstruksi, menunjukkan perlambatan akibat sentimen bisnis yang menurun. Meskipun ada perbaikan investasi non-konstruksi, investor masih menunggu kepastian kebijakan dan arah stimulus pemerintah, termasuk kelanjutan proyek infrastr...

The Fed Masih Hawkish Apa Dampaknya?

  FOMC tadi malam The Fed masih hawkish ya. Federal Reserve (The Fed) memutuskan tidak mengubah suku bunga acuannya, yaitu tetap pada kisaran 4,25% - 4,5%. Dalam konferensi pers, Powell menegaskan bahwa belum ada keputusan untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan September. Ia mengatakan The Fed akan terus menganalisis data ekonomi termasuk dampak tarif terhadap inflasi & stabilitas ekspektasi inflasi jangka panjang. The Fed masih hawkish, Arah suku bunga di bulan September akan sangat tergantung pada data ekonomi berikutnya. Setelah testimoni powell tadi malam, probabilitas penurunan suku bunga pada bulan September turun dari 64% menjadi 46% (berdasarkan CME FedWatch Tool). Dampak The Fed hawkish : USD menguat lagi, Gold koreksi, IHSG pullback ke support 72xx dulu. Baik Powell dan Trump punya sudut pandang yang benar. Powell masih konservatif terhadap inflasi sedangkan Trump mendorong pemangkasan suku bunga. Pemerintah AS mengalami tekanan fiskal besar, sehingga suku bunga...

Integrasi ke Dalam Kekacauan: Dunia Baru Tanpa Aturan?

Selama beberapa dekade, dunia bergerak menuju keterbukaan perdagangan, integrasi ekonomi, dan tatanan global yang relatif stabil. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terutama pasca-pandemi dan meningkatnya konflik geopolitik, dunia justru mulai beralih ke arah sebaliknya— disorder  atau kekacauan. Apakah kita sedang menyaksikan dunia yang  “terintegrasi ke dalam kekacauan” ? Ketidakpastian: Kini Jadi Normal Baru Dunia kini menghadapi gelombang baru  disintegrasi  aturan. Norma dan kesepakatan internasional seperti WTO atau kesepakatan dagang multilateral tak lagi dijadikan acuan utama. Sebagai gantinya, negara-negara kini lebih sibuk memperjuangkan kepentingan sendiri. Contohnya?  Perang dagang AS-Tiongkok.  Agresi Rusia ke Ukraina.  Proteksionisme Uni Eropa terhadap impor tekstil dan kendaraan dari Asia.  Lonjakan kebijakan tarif, kuota, dan sanksi ekonomi yang sifatnya mendadak dan tidak dapat diprediksi. 1. Trade Policy Uncertainty Ketidakpas...

Pasar Saham Bullish

Good news. Negosiasi dagang dengan Jepang dan UE sudah selesai, negosiasi dengan China semakin mendekati akhir. Semester 2 bullish sentimen semakin bagus ya.  Katalis paling kuat buat pasar saham & gold adalah saat The Fed mulai memangkas suku bunga. Data history harga gold saat siklus pemangkasan suku bunga The Fed. Suku bunga The Fed turun harga gold tambah meroket

Potensi Saham SMRA

  SMRA diperkirakan mencatat pendapatan yang kuat di 2Q25 karena adanya proses serah terima unit properti (handover) dari dua proyek besar : Summarecon Serpong & Summarecon Crown Gading.  Total nilai proyek yang akan diserahterimakan sangat besar (lebih dari Rp1,9 triliun), dan hal ini diharapkan akan meningkatkan pengakuan pendapatan SMRA di kuartal 2 tahun 2025 (2Q25).

Potensi Saham Sector Property

  Chart IDX SECTOR PROPERTY membentuk bullish flag. Saham property pilihan Rikopedia : ASRI dan SMRA.  Target saham property. Target saham ASRI Target saham SMRA. Hari ini Rikopedia beli saham ASRI range 135-140 pakai sekuritas RHB STOCKBIT & PHINTRACO. Disclaimer ON (Bukan rekomendasi buy hold sell)

IHSG membentuk pattern cup & handle

Banyak good news keluar, candle IHSG hari ini konfirmasi breakout atau tembus neckline 7230. Pattern cup and handle. Teori pattern cup and handle Pattern cup and handle salah satu chart pattern paling powerful dalam teknikal analysis. Semakin dalam dan lama cup yang terbentuk semakin tinggi potensi kenaikannya. Persiapan 2Q25 earnings season

Revaluasi Emas AS dan Peluang Emas Indonesia: Apa yang Harus Kita Perhatikan?

Pada Mei 2025, Board of Governors dari Federal Reserve System Amerika Serikat menerbitkan  Financial Accounting Manual for Federal Reserve Banks  yang menempatkan revaluasi emas sebagai topik utama. Ini menandakan adanya persiapan untuk kemungkinan revaluasi resmi atas sertifikat emas U.S. yang dipegang oleh The Fed. Jika terjadi, langkah ini bisa mengubah wajah kebijakan fiskal global. 🇺🇸 Revaluasi Sertifikat Emas AS Bisa Terjadi Kapan Saja Sertifikat emas memungkinkan Departemen Keuangan AS untuk “monetisasi emas” tanpa perlu memindahkan fisik emas tersebut. Caranya? Dengan melakukan penyesuaian akuntansi terhadap saldo di Federal Reserve Bank. Jika harga emas berubah, nilainya disesuaikan. Namun, sejak tahun 1973, harga resmi emas AS tetap di $42,22 per ons—jauh di bawah harga pasar saat ini yaitu $3.350/oz! ⚡ Kekuatan Tersembunyi di Balik Revaluasi Emas Bayangkan ini: jika harga resmi dinaikkan ke harga pasar saat ini ($3.350/oz), maka nilai 261 juta oz emas bisa menghas...

Angin Segar dan Tantangan Ekonomi Indonesia di Paruh Kedua 2025

Di tengah ketidakpastian global dan tekanan eksternal, ekonomi Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menarik, namun tetap menghadapi berbagai trade-off kebijakan. Kami akan memetakan dinamika makroekonomi terkini mulai dari likuiditas, arah kebijakan moneter, risiko tarif dagang, hingga dampaknya terhadap sektor industri domestik. Berikut rangkuman poin-poin pentingnya. 1. Likuiditas Membaik, Tapi Kredit Belum Mengalir Bank Indonesia (BI) telah mengambil sikap lebih akomodatif sejak awal tahun dengan memotong suku bunga dua kali dan menyuntikkan likuiditas melalui SRBI. Hal ini mulai terlihat pada: Penurunan yield SRBI menjadi 5,87%. Spread negatif antara IndONIA dan BI rate melebar kembali ke -41 bps, mengindikasikan kebutuhan dana jangka pendek perbankan yang menurun. Namun, perbankan masih hati-hati menyalurkan kredit karena lemahnya pertumbuhan dana pihak ketiga dan permintaan kredit yang masih lesu. Disinyalir, dorongan terbesar justru datang dari belanja fiskal yang me...

Apakah Trump Sengaja Melemahkan Dolar? Strategi Cerdas atau Risiko Jangka Panjang?

Dolar AS tengah mengalami penurunan nilai secara bertahap, dan banyak yang bertanya-tanya: apakah ini strategi yang disengaja oleh Donald Trump? Jika melihat kebijakan dan langkah-langkah ekonominya, jawabannya tampaknya ya. Mengapa Melemahkan Dolar? Amerika Serikat memiliki utang yang sangat besar. Dalam kondisi normal, dolar yang kuat berarti utang dalam dolar juga “mahal” bagi pemerintah , karena para pemegang obligasi terutama investor asing mengharapkan nilai uangnya tetap stabil. Namun, dolar yang lebih lemah justru menurunkan nilai utang dalam istilah riil . Contoh konkretnya: Sejak awal tahun ini, dolar telah turun sekitar 12% terhadap euro . Artinya, investor Eropa yang memegang obligasi AS secara efektif kehilangan 12% nilai investasinya. Namun bagi AS, itu berarti beban utang luar negeri mereka berkurang 12%—tanpa harus mengurangi belanja atau menaikkan pajak . Kebijakan Trump yang Mendorong Penurunan Dolar Beberapa kebijakan yang memberi tekanan ke bawah pada dolar meli...