Selama beberapa dekade, dunia bergerak menuju keterbukaan perdagangan, integrasi ekonomi, dan tatanan global yang relatif stabil. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terutama pasca-pandemi dan meningkatnya konflik geopolitik, dunia justru mulai beralih ke arah sebaliknya—disorder atau kekacauan.
Apakah kita sedang menyaksikan dunia yang “terintegrasi ke dalam kekacauan”?
Ketidakpastian: Kini Jadi Normal Baru
Dunia kini menghadapi gelombang baru disintegrasi aturan. Norma dan kesepakatan internasional seperti WTO atau kesepakatan dagang multilateral tak lagi dijadikan acuan utama. Sebagai gantinya, negara-negara kini lebih sibuk memperjuangkan kepentingan sendiri.
Contohnya? Perang dagang AS-Tiongkok. Agresi Rusia ke Ukraina. Proteksionisme Uni Eropa terhadap impor tekstil dan kendaraan dari Asia. Lonjakan kebijakan tarif, kuota, dan sanksi ekonomi yang sifatnya mendadak dan tidak dapat diprediksi.
1. Trade Policy Uncertainty
Ketidakpastian kebijakan dagang memang menurun dari puncaknya saat pandemi dan perang dagang, tapi masih 4 kali lebih tinggi dari rata-rata historis. Ini menunjukkan bahwa dunia belum benar-benar kembali normal.
2. Global Economic Uncertainty Index
Ketidakpastian ekonomi global masih tinggi. Investor dan pelaku pasar kesulitan membaca arah kebijakan jangka panjang.
3. Import Restrictions in Force
Jumlah larangan impor di seluruh dunia terus meningkat drastis sejak 2018. Dunia semakin protektionis.
4. Trade Elasticity
Dunia kehilangan elastisitas perdagangan pertumbuhan perdagangan tidak lagi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global. Artinya? Globalisasi sedang mundur.
Dunia Baru: Tidak Ada yang Aman
Tidak ada negara yang bebas dari risiko. Negara maju sekalipun (AS, China, Jepang, UE) tidak bisa lepas dari tekanan ketidakpastian dan fragmentasi global.
Dekade ini adalah dekade deglobalisasi. Dunia akan mengalami: Balkanisasi rantai pasok: negara-negara ingin mengamankan pasokan sendiri, Reindustrialisasi lokal: kembali memproduksi di dalam negeri, meski lebih mahal, Persaingan sistemik antar negara besar: AS vs Tiongkok, UE vs Rusia, dll.
Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Dalam dunia yang semakin tak terprediksi, investor tidak bisa hanya berpegang pada data makro atau konsensus. Perlu: Diversifikasi lintas wilayah dan sektor. Waspadai risiko geopolitik dalam portofolio (terutama eksposur ke China dan negara dengan politik tidak stabil). Fokus pada aset berdaya tahan tinggi dan berpijak pada kebutuhan pokok: energi, pertanian, logistik, dan infrastruktur lokal.
Dunia pasca-2020 bukanlah dunia yang kita kenal sebelumnya. Kita memasuki fase di mana aturan lama tidak berlaku, dan kebijakan bisa berubah dalam semalam. Ini adalah dunia yang mengandalkan kekuatan, bukan kesepakatan. Dalam kekacauan ini, strategi bertahan hidup adalah adaptasi cepat, membaca risiko tersembunyi, dan tidak terlalu berharap pada kepastian.
Selamat datang di era integrasi ke dalam kekacauan. Siapkah portofoliomu menghadapinya?