BUMI Resources Mulai Meninggalkan Batu Bara: Strategi Diversifikasi Besar Menuju Emas, Tembaga, dan Bauksit
PT Bumi Resources Tbk (BUMI IJ)—selama ini dikenal sebagai raksasa batu bara Indonesia. sedang memasuki fase transformasi besar. BUMI tidak lagi hanya mengandalkan batubara, melainkan telah mempercepat diversifikasi ke emas, tembaga, bauksit, dan alumina.
Transformasi ini bukan sekadar kosmetik. BUMI sedang membangun portofolio “Beyond Coal” yang benar-benar berbeda dari model bisnis lamanya.
Berikut analisis lengkapnya.
1. Pendorong Utama Diversifikasi: Masuknya Grup Salim (2022)
Tonggak awal transformasi BUMI dimulai pada Oktober 2022, saat Grup Salim resmi masuk melalui Mach Energy dan Treasure Global.
Efeknya sangat signifikan:
Struktur kepemilikan menjadi lebih seimbang
Eksekusi dan governance membaik
Arah strategis menuju diversifikasi menjadi lebih jelas
Dua anak perusahaan BUMI — BRMS dan DEWA — langsung menunjukkan perbaikan kinerja setelah perubahan struktur ini.
2. BRMS: Pilar Baru Pertumbuhan Emas
BUMI memiliki 20,1% kepemilikan di BRMS (Bumi Resources Minerals).
Aset ini menjadi mesin pertumbuhan baru.
Produksi emas BRMS: Meledak dari 5.000 oz → 246.200 oz
2025: 69.600 oz
2030: 246.200 oz CAGR: 28.7%
Ini adalah lonjakan produksi yang sangat besar untuk perusahaan yang awalnya kecil. BRMS diposisikan menjadi pilar emas jangka panjang BUMI.
3. DEWA: Kenaikan BCM dan Ekspansi Kontrak
Dengan kepemilikan 12,4%, BUMI juga menikmati pertumbuhan PT Darma Henwa (DEWA).
Proyeksi aktivitas overburden (bcm):
2025: 97 juta bcm
2030: 312 juta bcm
CAGR: 26.3%
DEWA juga tengah membuka bisnis emas dan tembaga yang bisa menjadi upside tambahan.
4. Akuisisi Wolfram Limited: Aset Emas-Tembaga dengan Diskon 87%
Pada November 2025, BUMI mengumumkan akuisisi strategis:
Wolfram Limited
Pemilik aset:
Crush Creek (emas-tembaga)
Mount Carlton (emas-tembaga)
Valuasi akuisisi:
US$41,4 juta → Hanya US$79/oz (diskon 87% dari valuasi peer mining global)
Rencana BUMI:
US$5.8m → upgrade fasilitas flotasi, mulai produksi Juni 2026
US$40.1m → CIL plant, target 2029
Potensi penjualan emas mulai 2027
Akuisisi ini menunjukkan strategi ekspansi yang disiplin dan berbiaya rendah.
5. Masuk ke Bauksit dan Alumina: Akuisisi 45% Laman Mining
BUMI juga bergerak memasuki sektor bauksit:
Akuisisi 45% PT Laman Mining seharga US$59 juta
Estimasi EV: US$131 juta
Aset Laman Mining
Klaim sumber daya ~200 juta ton bauksit
Potensi pembangunan kilang alumina
Valuasi US$0.66/wmt (lebih murah dari akuisisi bauksit Indonesia terbaru: US$0.90/wmt)
Potensi revenue bauksit:
Jika produksi 4.7m wmt per tahun
→ Revenue sekitar US$141 juta (asumsi harga US$30/wmt)
Risiko utama: izin tambang (IUP) masih menunggu reinstatement → early-stage, high-risk.
6. Bisnis Batubara Tetap Menjadi Penopang
Meski diversifikasi agresif, bisnis batubara tetap menjadi tulang punggung BUMI:
Target volume 2025:
73–75 juta ton
BUMI juga masih memiliki 6.81 miliar ton resource base, terbesar di Indonesia, dan 2.4 miliar ton proven reserve (1.048 miliar ton jika tidak termasuk Pendopo).
7. Kinerja Keuangan: 2024 Menjadi Titik Pemulihan
Meski 2023 adalah tahun sulit, 2024 menunjukkan stabilisasi:
Financial highlights (2024):
Revenue: US$1.36 miliar
EBITDA: US$102 juta (flat YoY)
Net profit: US$71 juta (melonjak dari US$16 juta di 2023)
Net margin: 5%
ROE: 4.3%
Net debt to equity: 9.1% (turun drastis dari 208% pada 2021)
BUMI juga telah menyelesaikan proses quasi-reorganisation (QRO) yang memperbaiki struktur ekuitas dan neraca.
8. Sentimen Pasar & Katalis Harga Saham
BUMI mendapat dorongan besar dari:
Berita aksi korporasi (M&A, aset baru)
Progres BRMS & DEWA
Diversifikasi beyond coal
Neraca keuangan yang makin sehat
Dengan 52-week performance yang melonjak 81,4%, saham BUMI menjadi salah satu top performer di sektor energy.
9. Kesimpulan: BUMI Sedang Berubah Menjadi “Multi-Minerals Giant”
BUMI bukan lagi sekadar perusahaan batu bara. Perusahaan ini bergerak cepat membangun portofolio:
Emas → BRMS + Wolfram
Tembaga → Wolfram
Bauksit & Alumina → Laman Mining
Kontraktor Tambang → DEWA
Batubara → Tetap penopang utama
Strategi ini menciptakan fondasi pertumbuhan baru yang lebih beragam, lebih stabil, dan lebih berkelanjutan.
