Kinerja ekspor Indonesia pada Q3 2025 menunjukkan pergeseran besar dalam peta komoditas nasional. Ekspor nikel melonjak tajam dan kini menjadi penyumbang devisa terbesar dari sektor mineral dan logam, menyalip batu bara yang selama ini mendominasi.
Nikel Jadi Bintang Utama
Total ekspor produk nikel (termasuk stainless steel) mencapai US$25,5 miliar sepanjang Januari–September 2025, naik 21,5% YoY, dengan volume 1,82 juta ton setara nikel (+19,5% YoY). Pada kuartal III saja, nilai ekspor nikel menyentuh US$9 miliar, setara 12% dari total ekspor Indonesia, sekaligus rekor tertinggi dalam sejarah. Indonesia kini menyumbang 66% pasokan nikel global, memperkuat posisinya sebagai pemain dominan dalam rantai pasok logam baterai dunia. Pertumbuhan paling tinggi berasal dari:
Nickel Pig Iron (NPI): naik 27% YoY menjadi 685 ribu ton. Mixed Hydroxide Precipitate (MHP): naik 42% YoY menjadi 1,5 juta ton — bahan penting untuk produksi baterai kendaraan listrik. Sebaliknya, ekspor nickel matte menurun karena perbedaan harga dengan NPI yang menekan keuntungan. “Pergerseran dari NPI ke produk bernilai tambah seperti MHP dan nikel metal menunjukkan transformasi strategis Indonesia ke hilirisasi yang lebih matang.”
Batu Bara dan Tembaga Melemah
Sementara itu, ekspor batu bara turun 7,3% YoY menjadi 376 juta ton akibat lemahnya permintaan dari India dan China serta harga global yang terus merosot ke level terendah sejak 2021. Rata-rata harga ekspor batu bara Indonesia sepanjang Januari–September 2025 hanya US$63/ton, turun 17% dibanding tahun lalu. Di sisi lain, ekspor tembaga anjlok tajam hingga -33,9% YoY, terdampak mudslide besar di tambang Grasberg pada September 2025 dan keterlambatan izin ekspor konsentrat. Produksi PTFI (Freeport Indonesia) turun 30% YoY, dengan dampak yang diperkirakan masih terasa hingga 2026.
Aluminium dan Timah Mulai Naik
Meski masih berkontribusi kecil, ekspor alumina dan aluminium mencatat lonjakan tertinggi: Alumina naik 103% YoY menjadi 3,8 juta ton. Aluminium naik 56% YoY menjadi 413 ribu ton. Lonjakan ini didorong investasi besar-besaran pabrik peleburan baru di Morowali, Mempawah, dan Kaltara — yang disebut-sebut menjadikan aluminium sebagai “the new nickel”. Sementara ekspor timah meningkat 28% YoY, tetapi volumenya masih jauh di bawah level pra-2020.
Transformasi Industri: Dari Ekspor Mentah ke Nilai Tambah
Keberhasilan ekspor nikel menegaskan hasil nyata dari kebijakan hilirisasi Indonesia. Alih-alih mengekspor bijih mentah, kini Indonesia menghasilkan rantai pasok lengkap dari NPI, matte, hingga MHP dan nikel metal — produk bernilai tinggi untuk sektor energi hijau global. Namun, Kami mengingatkan potensi hambatan dari keterbatasan izin produksi bijih (RKAB) yang bisa menahan laju ekspansi tahun depan.
Q3 2025 menjadi tonggak penting: nikel resmi menggantikan batu bara sebagai komoditas ekspor utama Indonesia. Ke depan, daya saing Indonesia akan ditentukan oleh seberapa cepat industri mampu menjaga pasokan bijih, memperkuat rantai hilir, dan menembus pasar baru di luar Tiongkok — seperti Eropa, India, dan Korea Selatan.