Langsung ke konten utama

The Best Trade Into 2026: Why Shorting Hyperscaler Bonds May Be the Smartest Macro Idea of the Cycle

Tahun 2025 menjadi salah satu fase paling unik dalam siklus pasar modal:

harga aset melesat naik, suku bunga turun, likuiditas longgar, tetapi ekonomi riil justru menunjukkan tanda-tanda tekanan.

Di balik semua euforia AI, stimulus fiskal, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga agresif, muncul satu pesan besar dari Bank of America:

"Best trade menuju 2026 adalah short AI hyperscaler corporate bonds."

Dalam tulisan ini kita akan mengulas:

  • Mengapa kondisi keuangan global sudah mencapai peak easy

  • Mengapa kredit akan kembali mengetat

  • Kenapa obligasi big tech adalah titik paling rapuh dalam struktur pasar

  • Dan bagaimana strategi short ini menjadi high-conviction trade menuju 2026


1. Peak Easy Financial Conditions: Masa Madu Sudah Berakhir

Dalam 12 bulan terakhir, dunia menikmati kado dari bank sentral:

  • 167 kali pemangkasan suku bunga global

  • Dolar melemah

  • Yields turun

  • Likuiditas melonjak

Ini yang mendorong risk assets—saham, crypto, EM bonds—terbang tinggi.

The Best Trade Into 2026: Why Shorting Hyperscaler Bonds May Be the Smartest Macro Idea of the Cycle

Namun grafik CDX IG dan CDS korporasi besar seperti Oracle menunjukkan hal yang berbeda:

Spread kredit mulai melebar.

Ini artinya:

  • Biaya pendanaan korporasi naik

  • Risiko gagal bayar meningkat

  • “Uang murah” resmi selesai

Ketika spread melebar, harga obligasi korporasi pasti turun. Di sinilah trade short dimulai.


2. Wall Street Happy, Main Street Tersiksa

Satu paradoks besar tahun 2025 adalah kesenjangan antara biaya pinjaman. pemerintah/korporasi vs masyarakat umum.

Biaya pinjaman pemerintah: < 4–5%
Biaya pinjaman masyarakat: 6%–20%

Contohnya:

  • Mortgage: 6.3%

  • Kredit usaha kecil: 7–8%

  • Auto loan bekas: 13%

  • SBA loan: 14%

  • Kartu kredit: 20%

Ini disebut sebagai:

“Financial Conditions Boom for Wall Street, but Affordability Crisis for Main Street.”

Kredit rumah tangga yang mahal akan memicu:

  • penurunan konsumsi,

  • kenaikan kredit macet (auto, kartu kredit, personal loan),

  • tekanan keuangan bank community/regional.

Semua ini adalah sinyal spread kredit akan terus melebar.


3. Santa "Flaws" Rally: Bubble of Expectations

BofA menyoroti bahwa rally pasar bukan datang dari fundamental, tapi dari narasi berlebihan, seperti:

  • AI akan menciptakan boom ekonomi permanen

  • Pemerintah akan selalu memberi backstop atas nama “national security”

  • Fed akan memulai QE lagi di H1 meski pasar sedang di all-time high

  • Tax cuts dan bahkan stimulus check $2.000 berpotensi keluar tahun depan

Ketika ekspektasi terlalu bullish, pasar menjadi rapuh.
Inilah kenapa setiap kenaikan indeks terasa “gelisah” dan cepat berubah.


4. Makro: Goldilocks, Tapi Rapuh

Secara siklus, data makro saat ini terlihat cantik:

  • PMI akan akselerasi

  • CPI surprise ke bawah

  • Earnings growth membaik

  • Produkivitas AI menahan inflasi

  • Pemerintah AS ingin pertumbuhan kuat sebelum pemilu

Namun Goldilocks ini mempunyai kelemahan besar:

Inflasi turun bukan karena ekonomi sehat, tapi karena automasi & job losses.

Produktivitas naik → upah ditekan → konsumsi menurun → kredit macet naik.

Skenario ideal di atas hanya bertahan selama likuiditas tetap longgar.
Begitu likuiditas mengetat, cerita selesai.


5. Kondisi Menuju 2026: Rally di Depan, Risiko di Belakang

Menurut Hartnett, harga aset akan mengalami:

  • Front-loaded rally di 2025 – awal 2026

  • Diikuti potensi risk-off besar setelah Mei 2026

Faktor penyokong:

  • Fed Put (dovish)

  • Trump Put (stimulus fiskal)

  • Gen-Z Put (agenda populis)

Namun titik balik akan datang dari:

  • melemahnya perbankan

  • melebarnya spread kredit

  • menguatnya dolar

Itulah momen ketika hype AI benar-benar diuji oleh realita biaya pendanaan.


6. Kenapa Short Hyperscaler Bonds?

Inilah thesis paling penting.

A. Hyperscaler Capex = Bom Waktu

AMZN, META, MSFT, GOOGL kini menjalankan salah satu capex cycle terbesar dalam sejarah:

  • Data center

  • GPU cluster

  • Energy infrastructure

  • Fiber network

  • Lahan + real estate

  • Cooling technology

Capex membengkak jauh lebih cepat dari arus kas bebas.

B. Spread tech adalah yang paling tidak masuk akal (too tight)

Investor percaya:

  • Big tech tidak mungkin gagal bayar

  • AI akan membayar semua investasi

Tapi pasar obligasi bekerja berbeda:

  • Lebih konservatif

  • Tidak suka leverage

  • Tidak percaya narasi

C. Saat likuiditas mengetat, sektor yang paling overleveraged paling menderita

Hyperscaler adalah:

  • durasi panjang

  • sensitif terhadap kenaikan CDS

  • capex-intensif

  • tidak lagi dibiayai uang murah

Itulah sebabnya:

Shorting hyperscaler bonds adalah versi 2026 dari short subprime 2007 atau short telco bonds 2001.


7. Bukti Intermarket: Semua Chart Mengarah ke Satu Arah



Semuanya bergerak menuju satu kesimpulan:

→ Spread kredit corporate tech akan meledak pada 2025–2026.

8. Kesimpulan Besar: Best Trade Into 2026

Michael Hartnett menulis:

“Short AI hyperscaler corporate bonds is the best macro trade into 2026.”

Dan penjelasannya logis:

  1. Likuiditas sudah mencapai puncak

  2. Kredit mulai mengetat

  3. Beban capex AI meningkat pesat

  4. Spread tech terlalu ketat dan tidak mencerminkan risiko

  5. Stimulus fiskal dan narasi AI telah menciptakan ekspektasi yang terlalu tinggi

Ketika likuiditas mulai balik arah, sektor dengan leverage terbesar akan menjadi yang paling terpukul.

Dan itulah hyperscaler bonds.

Penutup

Tahun 2025–2026 bukan tentang mencari saham AI mana yang naik, tetapi tentang:

siapa yang tidak akan mampu membiayai AI capex lagi ketika uang murah menghilang.

Shorting hyperscaler bonds adalah taruhan bahwa:

  • kredit akan mengetat,

  • spread melebar,

  • dan narasi AI tidak dapat menutupi risiko struktural dari leverage dan capex berlebih.

Jika skenario ini benar, ini akan menjadi salah satu macro trade paling signifikan dalam dekade ini.


Postingan populer dari blog ini

Membership Rikopedia

Selamat datang di halaman registrasi membership Rikopedia. Dengan join membership anda akan mendapatkan bimbingan trading saham dan update informasi yang berkualitas via group WhatsApp.  Kinerja Portofolio Rikopedia dan testimoni member klik  di sini Fasilitas membership detailnya sebagai berikut : Update info saham yang masuk dan keluar portofolio Rikopedia .  Update info saham secara teknikal, fundamental & analisa makro ekonomi. Update news, Sentimen, Trading plan, Money & risk management. Sharing strategy trading saham berdasarkan pengalaman Rikopedia sejak tahun 2008. Member bisa tanya langsung dengan Rikopedia lewat whatsapp. Masuk group WhatsApp premium. Biaya membership Rp. 500,000/ Bulan. Bagi anda yang berminat join membership dapat melakukan transfer ke rekening di bawah ini: 1. Bank Mandiri 1440013474108 Rikosiwi sandi Saputro. 2. Bank BCA 7915239226 Rikosiwi sandi Saputro. Membership akan terhitung dari mulai tanggal konfirmasi p...

Portofolio Rikopedia dan Testimoni Member

Screenshot salah satu portofolio Rikopedia dengan modal awal 500 juta Kinerja Tahun 2018 Kinerja Tahun 2019 Januari February Maret April Mei Juni July  Agustus  September Oktober November  Desember Kinerja Tahun 2020 Tanggal 11 Mei akumulasi BBRI 2250 lot harga 2630 Trading SCMA 27-28 Mei 2020  Tanggal 4 Juni 2020 profit 36 juta dari BBNI Profit 68 Juta dari saham BBNI Profit 37 juta dari saham ELSA Profit 40 juta tanggal 19 Juni 2020  Profit 61 Juta tanggal 3 July 2020                                      Tanggal 19 Oktober 2020 Rikopedia beli BSDE 18361 lot November 2020 Desember 2020 Kinerja Tahun 2021 Januari 2021 Trading ELSA 27 Januari 2021 Bulan February profit 268 juta Bul...