Tahun 2025 menjadi tonggak bersejarah bagi sektor logam — harga emas dan tembaga sama-sama menyentuh all-time high. Namun pertanyaan besarnya adalah: apakah reli ini masih berlanjut di 2026?
Ada 3 tema besar yang akan membentuk arah pasar logam Indonesia tahun depan:
1. Harga Komoditas Masih Tinggi: Supply Ketat, Demand Tetap Kuat
Gold Outlook 2026–2027
Fundamental tetap kuat karena:
✔ Pembelian emas bank sentral meningkat
✔ Aliran dana ETF ke emas bertambah
✔ Pertumbuhan suplai global sangat lambat — hanya +0.3% di 2024, dan produksi tambang hanya +0.1% YoY.
Artinya: pasar emas tetap supply-constrained → harga tinggi lebih mudah dipertahankan.
Copper Outlook 2026–2027
Harga tembaga diproyeksikan tetap tinggi akibat kombinasi:
1️⃣ Gangguan produksi global
Freeport Grasberg terdampak longsor & mud-rush → suplai menurun hingga 2027.
2️⃣ Permintaan struktural terus naik
Didorong oleh:
elektrifikasi
pertumbuhan EV
energi terbarukan
investasi jaringan listrik
Kesimpulan: 2026–2027 masih era supercycle mini untuk copper.
2. Produksi Miner Indonesia Akan Melonjak (Multi-Year Growth Phase)
Sektor logam Indonesia memasuki fase ekspansi besar: produksi naik, proyek baru masuk, smelter bertahap selesai.
Gold Production Growth (2024–2028 CAGR)
Proyek-proyek besar yang mulai berproduksi:
MDKA Pani (2026)
ARCI Kopra Underground (2026)
BRMS CPM Underground (2028)
Gorontalo Minerals (mid-term catalyst)
Implikasi:
Kenaikan volume akan mendongkrak pendapatan dan laba 2026–2028.
3. Revenue & Earnings Growth Sangat Kuat Hingga 2028
Dengan kombinasi harga komoditas tinggi + produksi naik, proyeksi pertumbuhan revenue 2024–2028F sangat menarik
Earnings tumbuh kuat karena:
Cash cost menurun seiring utilisasi naik
Operating leverage membaik
ASP emas & copper kuat
Nota tambahan:
BRMS & ARCI mencetak lonjakan laba paling besar di 3Q25 berkat volume dan ASP tinggi.
BRMS net profit +76% QoQ
ARCI net profit >30% QoQ (data halaman 9)
4. Risiko Baru: Pajak Ekspor Emas (Export Duty)
Pemerintah sedang menyiapkan skema pajak ekspor emas baru:
Rencana Tarif Export Levy
Berdasarkan harga emas:
USD 2.800–3.200/oz → 12.5%
> USD 3.200/oz → 15% untuk doré dan produk unworked lainnya.
Siapa yang paling terdampak?
AMMN & MDKA: 90–100% produksi emas dijual ke pasar ekspor → paling sensitif.
ARCI: 88% penjualan domestik → dampak minimal.
BRMS: 100% domestik → tidak terdampak.
2026 bukan sekadar kelanjutan dari strong run 2025 — ini awal dari cycle baru bagi miner Indonesia.
Saat dunia menghadapi kekurangan tembaga dan suplai emas yang stagnan, Indonesia justru memasuki periode produksi naik dan value chain makin lengkap.
Sektor metal adalah salah satu sektor paling kuat untuk dikoleksi menjelang 2026, dengan catatan pemilihan saham harus mempertimbangkan risiko pajak ekspor dan eksekusi proyek.