Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

Kendalikan yang Bisa Kamu Kendalikan

Di pasar saham, banyak hal di luar kendali kita. Harga bisa bergerak liar, sentimen bisa berubah seketika, dan berita bisa mengubah arah pasar dalam hitungan jam. Namun ada satu hal yang sepenuhnya dalam kendali kita:  bagaimana kita merespons. Kamu tidak bisa mengontrol ke mana pasar bergerak, tapi kamu bisa mengatur strategi agar tidak terseret arusnya. Pasar itu seperti laut — kadang tenang, kadang berombak — dan tugas kita bukan melawan ombak, tapi  menyesuaikan layar agar tetap menuju tujuan. Berikut hal-hal yang  bisa dan seharusnya kamu kontrol  sebagai investor maupun trader: 1. Kapan Harus Masuk Jangan terburu-buru mengejar setiap peluang yang muncul. Pasar selalu memberi kesempatan baru — tugasmu adalah menunggu momen besar yang benar-benar sepadan dengan risikonya. Buy dengan agresif hanya ketika potensi risk-reward berpihak padamu. Ingat, kesabaran adalah bagian dari strategi. 2. Seberapa Besar Risiko yang Siap Kamu Tanggung Banyak orang kalah bukan karen...

Sinyal Bottoming-Out: 4Q25 Bisa Jadi Titik Balik Laba Emiten Indonesia

Pertumbuhan laba emiten potensi meningkat tajam di 4Q25 berikut katalisnya: 1. Stimulus fiskal: belanja sosial pemerintah naik hingga IDR 97 triliun. 2. Stimulus moneter: potensi pemangkasan suku bunga BI dan injeksi likuiditas. 3. Musim permintaan tinggi: menjelang Ramadan dan Idulfitri Maret 2026, lebih awal dari biasanya. Kombinasi kebijakan fiskal–moneter dapat menjadi katalis bullish sektor konsumsi dan finansial. Earnings 3Q25 belum pulih penuh , tetapi momentum bottoming-out sudah terlihat. 4Q25 bisa menjadi turning point earnings recovery Indonesia, terutama antisipasi stimulus dan Ramadan 2026. 9M result scorecard : Emiten yang kinerjanya di atas konsensus cuma 14%, di bawah konsensus 50%, in-line 36%

Siklus Berbalik: Dari Saham Konglo ke Bluechip LQ45

Indeks LQ45 mengejar ketertinggalan. Rotasi dari saham konglo ke saham bluechip akan membuat chart indeks LQ45 potensi naik lagi mengejar ketertinggalan. 7 dari 10 perusahaan terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar saat ini adalah saham konglo. Dominasi konglomerasi menyebabkan pasar tampak kuat di permukaan (IHSG naik), padahal breadth (penyebaran kenaikan) sempit hanya beberapa saham besar yang mengangkat indeks. Pasar saham Indonesia saat ini overvalued secara historis. terutama akibat kenaikan saham konglomerasi yang tidak diikuti oleh pertumbuhan laba riil. Semua hal bersifat siklus (All Things Are Cyclical) saham konglomerasi dan mid-tier di Indonesia sudah “overstretched” (terlalu mahal) or sudah melampaui target valuasi.  Saham LQ45 banyak yang valuasinya masih murah potensi jadi entry point terbaik ketika siklus berbalik. Perbaikan earnings dan potensi rebound indeks LQ45 di kuartal 4 Sebelumnya dua kuartal berturut-turut (1H25) mengalami hasil yang menge...

Fiscal Dominance: Ketika The Fed Tak Lagi Bebas dari Tekanan Pemerintah AS

The Fed kini tidak lagi “independen sepenuhnya” Pada siklus sebelumnya (sekitar 2004–2008 atau 2016–2018) Ketika harga komoditas naik tajam, The Fed menaikkan suku bunga secara agresif untuk mendinginkan inflasi. Sekarang kebalikannya harga komoditas mulai naik tinggi, tetapi The Fed tidak mampu mempertahankan suku bunga tinggi. The Fed tidak mampu lagi mempertahankan suku bunga tinggi, karena utang pemerintah AS sangat besar. Beban bunga utang meningkat drastis jika suku bunga tetap tinggi. Akibatnya, The Fed “dipaksa” menurunkan suku bunga lebih cepat dari seharusnya bukan karena inflasi turun, tetapi karena tekanan fiskal (fiscal dominance). Kebijakan The Fed kali ini berisiko melemahkan kredibilitas moneter AS, menguntungkan komoditas & emas

November Volatil, Desember Berkilau: Strategi Akumulasi Menuju Window Dressing

  Bulan November dari data seasonality lebih volatile. Peluang akumulasi sebelum pesta window dressing dan January effect dimulai Pasar saham itu seperti bisnis. Ada waktunya turun lesu & ada waktunya enak banget saat naik.  Waktunya lesu beli saham mau pakai indikator semahal apapun tetap saja peluang boncos lebih besar.  Waktunya naik bullish asal beli saham sambil merem juga bisa cuan karena mayoritas saham bergerak naik. Trader harus tahu kapan harus injak rem saat lesu dan kapan harus agresif injak gas saat bullish.