“Excess liquidity is what contains vols and prevents any meaningful correction.”
Bank sentral global masih menyisakan likuiditas besar
QT (pengetatan neraca) akan berhenti
Ada potensi moderate rate cuts hingga 2026
AI boom menciptakan “economic cushion” yang meredam perlambatan
Maknanya: pasar masih punya bantalan likuiditas tebal untuk menyerap guncangan.
Namun Ada Risiko Besar yang Diam-Diam Mengintai…
Jika pemerintah membuat kesalahan fatal
Jika volatilitas politik memuncak
Jika crypto jatuh lebih dalam
Jika pasar mulai meragukan likuiditas bank sentral
Maka bubble aset bisa pecah serentak.
Tetapi dunia saat ini adalah asset-based world.
Mereka tidak “mengizinkan” harga aset jatuh terlalu dalam — karena efek domino terhadap:
kredit
perbankan
konsumsi
investasi
kepercayaan publik
Karena itu, bank sentral cenderung intervensi untuk menjaga stabilitas pasar.
Crypto Crash US$1 Triliun: Sumber Guncangan Terbesar
(Global Crypto Market Cap Down ~US$1 Trn)
Macquarie menekankan bahwa digital assets—crypto, stablecoins, AI-linked tokens—menjadi pusat risiko di fase ini.
Market cap crypto ambruk US$1 triliun
WLFI, BTC sempat anjlok, namun mulai stabil
CDS CoreWeave & Oracle sempat melebar, kini mereda
Yang menarik:
Crypto bukan hanya aset spekulatif — tapi penopang “Trump trades”, sumber likuiditas, dan mesin risiko global.
Jika crypto crash berlanjut → risiko spillover ke pasar global sangat nyata.
Untuk investor Indonesia?
➡️ Perhatikan BTC & likuiditas global: sangat berpengaruh ke foreign flow JCI.
Indikator Risiko Global Masih Jinak
Meski ada gejolak, indikator stres tidak menunjukkan sinyal krisis.
1) UK & Japan CDS: naik, tapi tetap rendah
Sinyal risiko negara masih terkendali.
2) High Yield Spreads cuma ~3.2%
Ini sangat rendah — tidak menunjukkan risiko resesi.
3) Basis swaps & bond market vols stabil
Jika spread HY meledak, itu tanda VIX obligasi — tapi belum terjadi.
4) Repo market aman
Tidak ada tanda-tanda krisis likuiditas.
Kesimpulan: Pasar global sedang “deg-degan”
